Rabu, 28 September 2016
Antara Ahok, Harry Tanoe dan Ibn Jud'an
Kajian Tafsir al Qur an aktual.....
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg
Mudir Madrasatul Qur an Tebu Ireng
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا
مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ
تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ
ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai
kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu,
disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang
lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di
hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan
itu. (QS. An-Nahl : 92).
Abdullah Ibn Jud'an adalah sosok yang kesohor dermawan.
Sesungguhnya dia semula adalah orang miskin biasa, bahkan dikisahkan, untuk
memenuhi ambisi keduniawiannya, dia berbuat durhaka dan merampas. Lalu menjadi
perampok ulung yang sangat tega dan sangat meresahkan para musafir dan
rombongan pedagang lintas kota.
Singkat kisah, dia sudah terjepit dan menjadi buron yang pasti
dihakimi massa bila tertangkap kapan saja dan di mana saja. Ibn Jud'an lari
dari dari kota Makkah dan bersembunyi di goa terpencil. Subhanallah, setelah
beberapa waktu mengenali sudut goa itu, dia menemukan harta karun yang
tertimbun, berupa berlian dan emas yang sangat banyak. Tak mampu dipanggul
hanya seorang, meski seperkasa apapun.
Rupanya, goa itu menjadi gudang para perampok padang pasir
masa lalu untuk menyimpan hasil rampokan mereka. Rupanya, para perampok
tersebut sudah tewas dan tak tersisa lagi yang masih hidup, sehingga harta yang
disembunyikan itu tiada yang mengetahui, tiada yang memiliki. Di sini Ibn
Jud'an memeras otak dan memanfaatkan harta tersebut untuk keselamatan dirinya
sehingga bisa kembali diterima oleh masyarakat Makkah seperti sedia kala,
bahkan menjadi orang terhormat.
Walhasil, dengan membawa sebagian emas dia mengendap-endap
di malam hari dan berhasil pulang ke rumah dengan selamat. Lalu mendekati tokoh
adat dan mengutarakan niatnya, yakni mau bertobat dengan menanggung kehidupan
semua orang miskin di seantero Makkah ini. Dia juga menunjukkan hartanya yang
melimpah, sehingga tokoh adat dan beberapa pemuka masyarakat menerima.
Seperti diceritakan sebelumnya, semua penduduk Makkah
terjamin kehidupannya oleh Ibn Jud'an. Kerja kemanusiaan Ibnu Jud'an itu maunya
sebagai pertobatan atas dosa-dosanya dulu yang merampas harta orang, membuat
anak menjadi yatim karena ayahnya dibunuh, membuat orang menjadi miskin karena
hartanya dirampas dan seterusnya. Jadi, sesungguhnya Ibn Jud'an itu sosok
mantan penjahat yang mensejahterakan.
Suatau hari Nabi Muhammad SAW pernah memperbincangkan
orang-orang berjasa masa lalu, era Jahiliah atau pra islam. Pembicaraan sampai
juga pada pribadi si Fulan dan si Fulan, termasuk pada diri Ibn Jud'an. Lalu Nabi
mengomentari: "Dulu saya pernah menyaksikan sendiri sebuah janji
kesepakatan dideklarasikan di rumah Ibn Jud'an. Deklarasi itu begitu bagus dan
mulia, andai dia mau bergabung ke islam, pasti saya saya senang, saya
kabulkan".
Mendengar itu, ibu Aisyah RA bertanya: "Ya Rasulallah,
lalu ke mana Ibn Jud'an nanti di akhirat, ke surga atau ke neraka?".
Dengan suara tegas Nabi menjawab: "huw fi al-nar",
dia di neraka.
Mendengar jawaban itu, ibu Aisyah nampak kurang bisa
menerima, tapi pasrah. Ya, karena apa yang diperbuat Ibn Jud'an tersebut
hanyalah untuk mengembalikan eksistensi dan mengangkat martabat dirinya saja
dan sama sekali tidak tertarik terhadap agama islam, meski sudah berkali-kali
dirayu. Tidak ada kerja ketuhanan sedikit pun dalam hatinya, yang ada hanya
menuruti egonya. Begitulah non muslim, meski memberi makan dan menjamin
kehidupan semua penduduk bumi ini, tidak akan dihargai Tuhan sebagai orang
beramal shalih yang mendapat imbalan surga. Beberapa penjelasan dikemukakan
sebagai berikut :
Pertama, non muslim yang melakukan kerja kemanusian untuk
manusia, akan dibalas oleh Tuhan sesuai apa yang diinginkan. Dia mendapatkan
pujian dari manusia, mendapat penghargaan dari manusia bahkan mendapatkan apa
saja yang diinginkan dari manusia. Termasuk berhasil terpilih menjadi kepala
daerah. Di sini, Tuhan sudah menunaikan janji-Nya merahmati semua titah-Nya dan
sudah membayar sesuai permintaan.
Kedua, karena dia tidak mempercayai Allah SWT, maka tidak
akan mendapatkan surga yang dijanjikan Tuhan sesuai diktum keimanan. Wong tidak
beriman kok minta fasilitasnya orang yang beriman. Sama halnya dengan siswa
yang sekolah SMK, ijazah yang diperoleh ya ijazah STM. No way mendapat ijazah
Sarjana. Kurikulumnya berbeda.
Ketiga, bagaimana dengan Ahok yang kini memimpin Jakarta dan
mencalonkan diri mau memimpin lagi atau Hary Tanoe yang sudah berkampanye
menuju ke RI satu. Ahok dan sebangsanya tidak berada di jalan Allah SWT. Wong
Ibn Jud'an yang begitu sosial dan berderma, menjamin kehidupan rakyat Makkah
dan mengawal Hak Asasi Manusia saja tidak diakui Tuhan dan oleh Nabi diputus
masuk neraka, apalagi Ahok yang hobi menggusur masjid dan menyengsarakan rakyat
kecil.
Berdasar pikiran keimanan, Penulis tidak bisa menerima, kok
ada kiai, ustadz, orang islam yang mendukung Ahok menjadi gubernur DKI,
sementara calon muslim yang baik masih banyak. Dukungan itu pasti atas dasar
nafsu duniawi, atau karena mendapat sesuatu, atau ingin tampil beda atau memang
sudah tidak sensitif lagi nurani keimanannya?.
Jika dikatakan, Ahok lebih bersih, sudah teruji.., Lalu apa
ukurannya?. Persoalan tindak pidana korupsi, gratifikasi yang diduga menyangkut
dirinya banyak. Soal kesangkut dan tidak itu kondisional. Kita sudah tahu
seperti apa moral sebagaian penegak hukum di negeri ini.
Gereja pendukung dan konglomerat non muslim yang
memanfaatkan Ahok sangat banyak. Lepas dari itu semua, yang jelas Allah SWT
melarang keras seorang muslim memilih pemimpin non-muslim. Jika memilih,
berarti rela dirinya dikuasai oleh orang non-muslim. Padahal menurut Allah SWT,
muslim itu jauh lebih mulia dan lebih bermartabat dibanding non-muslim.
Ingat, sejarah mencatat dan dunia menjadi saksi, bahwa
non-muslim telah berkali-kali tega menghabisi umat islam manakala mereka punya
kuasa. Itu sudah watak mereka sejak umat terdahulu. Setiap Nabi yang
menyampaikan dakwah islam pasti dimusuhi dan dibunuh, begitu pula semua
pengikutnya. Ada yang terbunuh sungguhan, seperti Nabi Yahya A.S. dan yang
terbanyak diselamatkan. Allah SWT dan Rasul-Nya sudah berkali-kali pula
mengingatkan kita. Bahwa non-muslim itu tidak akan pernah legowo, tidak akan
pernah berbaik-baik kepada umat islam. Mau bersahabat, mau berbaik-baik,
mengajak toleransi itu karena mereka minoritas. Jika saja sudah kuasa, pasti
menghabisi, pasti.
Non-muslim minoritas berada di tengah-tengah umat islam
mayoritas, pasti bisa hidup aman, damai dan bebas menjalankan agamanya,
termasuk bisnisnya. Begitu ajaran agama islam, damai dan penuh hormat terhadap
sesama, asal tidak menjahati. Tapi tidak sebaliknya. Tidak ada bukti yang
masif, non-muslim minoritas dibantai, dihabisi, dibunuhi oleh mayoritas muslim.
Tapi muslim minoritas dibunuhi secara masif dan keji oleh mayoritas non-muslim
tidak bisa dihitung banyaknya.
Tinggal kita masih punya iman atau tidak, kuat iman atau
tidak, mau pakai akal sehat atau tidak. Kasus Bosnia Herzegovina masih
mengiang-ngiang di telinga penduduk bumi ini. Saat mereka masih belum berkuasa,
toleransi, natal bersama, merayakan hari Valentine, perayaan pasca, pesta apa
saja dilakukan guyub dan bersama. Begitu mereka berkuasa, semua orang islam
dibunuhi, termasuk bayi yang masih di dalam kandungan, disudet dan dikeluarkan,
setelah diperkosa lebih dahulu. Siapa yang mengingkari kebrutalan ini?.
Begitu halnya umat islam di Filipina selatan, Thailand
termasuk di Poso negeri ini. Hanya saja pemerintah kita mampu meredam dan
mengibuli rakyat yang mayoritas umat islam. Diproklamirkan, bahwa tragedi Poso
bukan dipicu karena masalah agama. Tulisan ini bukan untuk memprovokasi umat
islam, melainkan untuk:
Pertama, mengingatkan umat islam yang masih belum bisa
berpikir jernih, belum optimal menggunakan sensitivitas keimanannya, belum bisa
melihat betapa buruk bila mayoritas muslim dipimpin oleh non-muslim, sehingga
mereka begitu mudah mendukung dan memilih calon pemimpin non-muslim dengan
sekian alasan. Alasan yang mereka ungkapkan pasti alasan politik dan
kepentingan, bukan alasan keimanan dan ketaqwaan. Mana ada pribadi bertaqwa
menerima pemimpin non-muslim yang mengkufuri Allah SWT.
Kedua, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap
kejahatan non-muslim yang tersembunyi. Apa yang mereka ucapkan, apa yang mereka
kemukakan secara lahiriah tidak seberapa dibanding niat busuk yang masih mereka
simpan. Berhati-hati seperti ini adalah perintah agama demi kekaikan hidup
beragama. Kehati-hatian demikian wajib dilakukan dan jauh lebih bagus ketimbang
serba toleransi dan sembrono yang nantinya pasti berakibat fatal terhadap diri
umat islam dan agama islam itu sendiri.
Penutup ayat studi ini mengingatkan, bahwa trick-trick nan
muslim itu adalah ujian keimanan bagi kita. Tidak hanya itu, Tuhan akan
menjelaskan, akan menghakimi segala yang kita persengketakan nanti di hari
kiamat. "Walayubayyinann lakum yaum al-qiyamah ma kuntum fih
takhtalifun". Pesan itu bermaknakan:
Pertama, mungkin saja umat islam yang sok toleransi, sok
kemanusiaan dan mendukung pemimpin non-muslim unggul dan menang dalam percaturan
kepentingan dunia. Tapi harus diingat, di akhirat nanti mereka baru sadar akan
keputusan Tuhan yang memepersalahkan mereka dan neraka-lah tempatnya.
Kedua, mereka yang benar dan berperilaku baik mungkin saja
tidak sempat mendapat perlakuan adil saat di dunia, tapi di akhirat pasti
mendapatkannya dari Dzat yang Maha. Dan ketiga, sebelum kebablasan mendukung
non-muslim yang bisa berakibat buruk bagi umat islam dan agama islam, harusnya
segera sadar dan segera berpandangan islami, sehingga tidak menyesal nanti di
hari yang tiada lagi berguna penyesalan. Semoga Allah selalu memberi pencerahan
hidayah kepada kita semua.... Amin Ya Mujibassailin...
Langganan:
Postingan (Atom)