YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Senin, 28 Desember 2020

Pedoman Hidup Penyejuk Hati

75 Dawuh Bunyai Penyejuk Jiwa, Pedoman Hidup dan Modal Dakwah yang Santun

Menurut KH. Husein Muhammad, dalam bukunya yang berjudul Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah, sebagai pewaris nabi, tugas bunyai atau ulama perempuan Bersama ulama laki-laki ialah melanjutkan misi-misi profetik, menyebarkan ilmu pengetahuan, membebaskan manusia dari system penghambaan kepada selain Allah SWT., melakukan amar makruf dan nahi mungkar, memanusiakan semua manusia, dan menyempurnakan akhlaq mulia demi mewujudkan visi kerahmatan semesta (rahmatan lil ‘alamin).

Berikut adalah Nasehat-Nasehat singkat atau Dawuh Bunyai Penyejuk Jiwa, bisa dijadikan pedoman hidup, dan juga dijadikan modal berdakwah yang santun dan sejuk :

“Ketika sudah pulang dari pondok, harus mengajar, meskipun muridnya cuma satu, meskipun hanya diajarkan alif, ba, ta.” – Nyai Hj. Rodliyah (PP. Al Falah Ploso)
 

“Tirakatmu menentukan masa depan suamimu.” – Nyai Hj. Noor Khodijah.


“Satu hal yg diharapkan dari seseorang yang nderes itu bukan lancar, namun istiqomah. Apabila yang diharapkan lancar, maka tidak mau istiqomah. Memang istiqomah itu berat, karena hadiahnya karomah. Bila hadiahnya bakwan, ya mudah.” – Nyai Hj Noor Ismah, (Istri KH Ulin Nuha Arwani)
 

“Seberapa besarnya kamu merawat Al-Qur’an, sama saja hidupmu akan dirawat oleh Allah SWT. Makna merawat Al-Qur’an itu termasuk seperti nderes (tadarus) Al-Qur’an, yang artinya kitab Al-Qur’an-nya dibaca tidak hanya dibuat pajangan.” – Nyai Hj. Walidah Munawwir
 

“Jika masih muda, nderesnya dikuat-kuatkan. Hafalan itu kuat di antara usia 17-23 tahun, besok kalau sudah usia 50 tahun ke atas, sudah tua itu pikirannya sudah lemah, tidak seperti masa muda dulu.” – Nyai. Hj. Maknunah
 

“Nyangoni bocah mondok kui paling apik soko hasil bumi.” – Nyai Hj. Chalimah Chodlory
 

“Kalau ada mejlis Al-Qur’an kok acaranya sudah mulai, adabnya ya jangan bicara sendiri tetapi didengarkan.” – Nyai Hj. Hajar Jariyah (PP. Asy-syarifah Mranggen, Demak)
 

“Bisa atau tidak bisa, tetep ndarus, lancar atau tidak lancar, tetap istiqamah.” – Nyai Hj. Zuhriyyah Munawwir


“Orang yang berprasangka baik tapi salah, itu lebih baik dari pada orang yang berprasangka jelek walaupun benar.” – Nyai Hj. Ainiyah Masbuhin Faqih
 

“Sebaik-baiknya amal orang mukmin adalah shalat malam (tahajud). Karena orang munafiq tidak akan pernah melakukannya.” – Nyai Hj. Maimunah Baidlowie
 

“Kalau belajar Al-Qur’an, surah fatihahe diperbaiki dulu. Sebab fatihah itu termasuk rukunnya shalat.” – Nyai Hj. Musyafa’ah Adlan (PP. Walisongo, Jombang)
 

 

“Jika ingin hajat kita dikabulkan Allah, maka Shalawat Nabi 1.000 kali saban hari.” – Nyai Hj. Nadziroh Manshur (PP. Denanyar, Jombang)
 

“Patokan minimal bagi seorang santri (pencari ilmu) adalah pikiran kritis dan hasrat menyala (semangat tinggi).” – Nyai Hj. Khairiyah Hasyim


“Jadi perempuan itu harus cerdas, terampil, dan cekatan. Jangan terlalu kaget dan kagum.” – Nyai Hj. Durroh Nafisah Ali
 

“Jika seorang perempuan masuk dalam kepemimpinan atau suatu organisasi, Insyaallah akan membawa kebaikan, asalkan kepribadian dan pola pikirnya masih benar-benar feminis.” – Nyai Hj. Ida Fatimah ZA, M.Si. (PP. Krapyak, Yogyakarta)
 

“Ikatan yang memperkuat hubungan antara guru dan muridnya adalah menyebarkan ilmunya dan mengikuti prinsipnya.” – Nyai Hj. Azzah Noor Laila Muhammad
 

“Jika ingin diberi kenikmatan secara abadi, kamu diajarkan untuk membaca dzikir ماشاء الله لاقوة الا باالله. – Nyai Hj. Nawal Nur Arafah (PP. Al-Anwar, Sarang, Rembang)
 

“Jika ingin putra-putrinya hafal Qur’an. Syaratnya orang tua harus ikhlas jika anaknya menghafalkan Qur’an. Lalu orang tuanya mengirimi fatikhah kepada anaknya sehari semalam 100x, dan orang tua juga harus rajin qiyamul lail (tahajjud), berdoa kepada Allah supaya anaknya diberikan kemudahan dalam menghafal Qur’an.” – Nyai Hj. Musyafa’ah Adlan, (PP. Walisongo, Jombang)
 

Bagi yang ingin keturunannya alim dan rezekinya berkah, yaitu ngakeh-ngakehno (memperbanyak) membaca يا فتاح يا رزّاق. “ – Nyai Hj. Khoiriyyah Baidlowi, (Kakak Ipar Kiai Maimoen Zubair)


“Upah kebaktian kita adalah kepada Allah azza wajalla.” – Syaikhah Hj. Rahmah El Yunusiyah, (Reformator Pendidikan Islam)


“Kamu harus bisa ikhlas menerima keadaan, serahkan semua kepada Allah”. – Nyai Hj. Masthi’ah Maimoen Zubair
 

“Jangan urusan dapur melupakanmu untuk berjuang di masyarakat.” -Nyai Walidah Ahmad Dahlan, (Istri Pendiri Organisasi Muhammadiyah)
 

“Jangan takut tidak lancar, tapi takutlah kalau tidak nderes (tadarus). Pokoknya mau nderes (tadarus) ya insyaAllah lancar.” – Nyai Hj. Hannah Zamzami, PP. Al-Baqoroh, Lirboyo, Kediri
 

“Menjadi wanita selain mumpuni juga harus luwes dalam segala aspek.” – Nyai Hj. Lailatul Badriyah
 

“Aku tidak butuh santri yang pintar dan lancar Al-Qur’annya. Tapi aku butuh santri yang Istiqomah dalam belajar, tadarus Al-Qur’an, dan berjamaah.” – Nyai Hj. Nur Halimah, PP. Darul Falah, Jerukmacan, Mojokerto
 

“Jika acara mauludan jajanan (makanan ringannya) yang bagus-bagus, jangan sampai seenaknya. Karena yang ditasyakuri adalah pemimpinnya semua manusia.” – Nyai Hj. Maimunah
 

“Berterima kasihlah kepada guru-guru yang tak pernah lelah memberikan perhatiannya untuk kita semua. Karena nasihat guru ibarat tali kendali yang bisa menyelamatkan hidup kita.” – Nyai Hj. Jazilah An-Nahdliyah
 

“Para santri punya bekal untuk bersaing di media online. Soal teknologi bisa sambil belajar. Pesan saya, jangan ragu, kita harus percaya (pede), media sosial membutuhkan anda semua.” – Nyai Ienas Tsuroiya
 

“Nabi shalallahu alaihi wa salam mencintai Makkah, Madinah, Jazirah Arab sebagai tanah airnya. Kalau kita mencintai Indonesia sebagai tanah air kita, itu artinya kita seperti Nabi shallallahu alaihi wa salam yang mencintai tanah airnya sendiri.” – Nyai Hj. Badriyah Fayumi, PP. Raudlatul Ulum, Kajen Tengah, Pati.
 

“Di dalam agama Islam, bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan lainnya. Kaum wanita juga wajib mendapatkan didikan yang selasar dengan kehendak dan tuntutan agama.” – Nyai Djuaesih, Ulama Perempuan Berpidato di Muktamar NU.
 

“Abaikan mereka yang sering mencaci, dan sibukkanlah diri untuk berbakti dalam kebaikan.” – Nyai Hj. Shinta Nuriyah


“Kita tidak pernah tahu amal mana yang akan diterima. Ridho Gusti Allah bisa diberikan pada amal yang nampaknya kecil dan sederhana. Oleh karena itu, ikhlaskanlah berbuat baik kepada sesama makhluk.” – Ibu Nyai Hj. Khusnul Khotimah Warson, PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta
 

“Kalau tidak hafal Qur’an, minimal bacaan Qur’annya lancar, bisa membenarkan orang yang bacaannya sah. Karena belajar Al-Qur’an itu wajib.” – Ibu Nyai Hj. Luthfiyyah Baidlowi
 

“Kita tidak bisa menyatukan manusia dalam agama yang sama, tetapi kita dapat menyatukan umat beragama apapun untuk mengatasi problem kemanusian yang sama.” Nur Rofi’ah, bil. Uzm.
 

Baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam bersabda, ‘Jadilah manusia yang memiliki sifat murah senyum. Jangan jadi manusia yang mrungut (tidak senyum). Jika disapa senyum lah, jangan mrengut, orang pada tidak senang melihatnya. yang melihat tidak senang, Gusti Allah juga tidak senang.’ – Nyai. Hj. Maimunah Baidlowi
 

“Perempuan kalau pintar akan keluar sendiri kecantikannya.” – Nyai Hj. Hasyimah Munawwir, PP. Krapyak, Yogyakarta
 

“Mencari ilmu harus dibarengi tirakat (riyadhoh) dan harus bersedia menanggung kesulitan. Pasti di kemudian hari akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT.” – Ibu Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
 

“Obatnya hati itu Qur’an jadi kalau hatinya sedang sakit kembalikan pada Qur’an, bacalah yang banyak biar penyakitnya hilang.” – Ibu Nyai Hj. Siti Rohmah Marzuki
 

“Disiplin terhadap aturan merupakan wujud pengamalan nilai-nilai Al-Qur’an.” – Nyai Hj. Durroh Nafisah Ali
 

“Saya hanya bersandar kepada Allah. Tidak pada laki-laki atau yang lainnya. Begitupun dengan para lelaki jangan menjadikan perempuan sebagai tempat bersandar. Cukup Allah sandaran kita.” – Nyai Hj. Masriyah Amva
 

“Siapa saja yang memiliki ilmu harus diajarkan kepada orang lain, meskipun itu ilmu memasak. Siapa tahu dari situ menjadikan amal kebaikan untuk kita, sebab ilmunya bermanfaat.” – Nyai Hj. ‘Ainusy Syifa’
 

“Tidak usah terlalu peduli perkataan orang lain tentang diri kita. Tapi yang terpenting diri kita terus berusaha menjadi orang yang baik dan berbuat baik kepada siapa saja.” – Nyai Hj. Maimunah Badlowi
 

“Karena bejo /bahagia itu tidak ada resepnya, tidak ada undang-undangnya, maka dari itu kita memohon pada Allah agar menjadi bejo /bahagia dunia akhirat. Sebab bejo/ bahagia itu tidak dapat diraih dengan harta, tapi itu adalah pemberian dari Allah.” – Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal Munawwir.
 

“Jangan ukur kebahagiaan dengan hal-hal duniawi yang sifatnya sesaat. Ukurlah kebahagiaan dengan seberapa besar ras syukurmu, maka akan kamu rasakan kebahagian yang tak pernah putus-putus.” – Nyai Hj. Jazilah An-Nahdliyah
 

“Ndarus ngaji itu yang ikhlas, karena Allah jangan karena lainnya.” – Nyai Hj. Khotomatul Khoiriyah
 

“Obatnya hati itu Qur’an jadi kalau hatinya sakit kembalikanlah pada Qur’an. Bacalah yang banyak biar penyakit hatinya hilang.” – Nyai Hj. Siti Rohmah Marzuki
 

“Jika ada masalah dalam hidupmu, tanyakan pada keadaan Qur’anmu.” – Nyai Hj. Husnul Inayah.
 

“Sebagai seorang Perempuan harus mengabdi dan beekhidmah. Berkhidmah kepada Suami, berkhidmah kepada keluarga. Tidak usah macam-macam. Dengan niat ibadah, maka dapat pahala besar.” – Nyai Hj. Jazilah Yusuf
 

“Membimbing dan mendidik anak adalah tanggung jawab suami dan istri. Karena keseimbangan proses pendidikan anak didasarkan pada landasan fundamental orang tua.” – Nyai Hj. Azizah Ma’shoem
 

“Saya tidak ingin gelang (perhiasan) yang besar-besar, yang terpenting (bagi saya) anak-anak bisa ngaji semua.” – Nyai Hj. Ma’munatun Kholil.
 

“Setiap kita pasti pernah berdosa. Ketahuan atau tidak, itu hal lain. Jadikan dosa apapun yang pernah kita lakukan sebagai rem untuk merasa lebih baik, apalagi merasa paling shaleh/ shalehah.” – Dr. Nur Rofi’ah, BIL. UZM. Founder Ngaji Keadilan Gender Islam (KGI)
 

“Seseorang yang sudah ada kesenangan ilmu di dalam hatinya, maka dia harus mempunyai 4 tabiat.” 1. Dia harus takut kepada Allah. 2. Dia harus tawadlu terhadap manusia. 3. Dia harus menjauhi dunia. 4. Dia harus memerangi hawa nafsunya. – Nyai Hj. Khoiriyyah Baidlowi
 

“Ulama perempuan memiliki peran yang sama dengan ulama laki-laki dalam memperkuat Islam Washathiyah (moderat) di Nusantara ini.” – Dra. Hj. Badriyah Fayumi, Lc., M.A.,
 

“Ibu adalah sekolah pertama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi yang terbaik.” – Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
 

“Waktu malam itu panjang, jangan kamu perpendek dengan banyak tidur. Waktu siang itu panjang, jangan kamu perkeruh dengan banyak dosa.” – Nyai Hj. Musyafa’ah Adlan
 

“Simbah KH Dalhar Watucongol waktu nikah itu maharnya baca surah ikhlas tiga kali.” – Nyai Hj. Chamimah Zainab
 

“Jangan mudah puas dengan apa yang sudah dicapai, perjalanan ke depan masih panjang.”- Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal
 

“Jangan malu kalau miskin. Tapi malulah kalau kamu banyak berbuat salah pada orang lain.” – Nyai Hj. Musyarofah Murtasim
 

“Di balik kesuksesan seorang suami, selalu ada peran dan doa dari seorang istri yang setia menemani menuju kesuksesan.” – Nyai Hj. Shobibah Nawawi Siradj
 

“Apa yang kita tanam hari ini pasti akan kita petik hari esok, tanamlah kebaikan terus menerus.” – Nyai Hj. Sity Badiah
 

“Hidup mulia karena doa. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam bersabda: doa adalah senjatanya orang beriman, tiangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” – Nyai Hj. Ainur Rohmah
 

“Bukan karena kita pandai, bukan karena kita pintar, bukan karena kita bisa, tapi karena kita diberi anugerah oleh Allah untuk menghafal Qur’an.” – Nyai Hj. Nurul Isnaini Febriarini
 

“Perjalanan hidup tergantung pada caramu berpikir dan bagaimana ucapanmu juga tingkahmu. Hidup ini memiliki jalur dan rambu (agama dan Allah adalah tempat kembali).” – Nyai Hj. Azzah Noor Laila Muhammad.
 

“Yang terpenting dijaga Qur’annya, jangan khawatir jika hidupnya tidak terurus, Allah tidak akan bikin sengsara orang yang menjaga Al-Qur’an.” – Ibu Nyai Hj. Rubi’ah
 

“Wanita yang pintar belum tentu sholikhah, Tapi wanita sholikhah sudah pasti pintar.” – Ibu Nyai Hj. Siti Sutijah Thowaf Muslim.
 

“Dunia itu tidak kekal, pasti akan rusak. Tapi iman yang ada di dalam hati itu kekal dan kelak akan menjaga diri kita.” – Ibu Nyai Hj. Musyafa’ah Adlan
 

“Salah satu janji ilmu adalah menjadikan manusia sebagai pelayan bagi orang yang telah memperjuangkannya/ melayaninya.” – Ibu Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
 

“Merasakan kesulitan di masa muda itu penting. Karena dari kesulitan hari ini akan ada manisnya kesusksesan di masa depan.” – Ibu Nyai Hj. Jazilah An-Nahdliyah
 

“Kalau niatmu baik, insyaAllah kamu dikelilingi oleh orang-orang baik.” – Ibu Nyai Hj. Siti Mutiah
 

“Jika kepribadiannya utuh dan jiwanya sehat, maka ia akan menghadapi semua masalah itu dengan tenang.” – Syaikhah Dr. Zakian Daradjat
 

“Carilah suami yang alim mbak, yang bisa ngaji. Nanti kalo ada masalah-masalah musykil. Tidak perlu jauh-jauh kepada orang lain. Cukup kepada suaminya sendiri. Saya itu kalo ada masalah apapun. Bertanya kepada Abah.” – Ibu Nyai Khodijah Al-hafidzah
 

“Karena dengan ilmu, maka kita akan dapat menggapai segala sesuatu.” – Ibu Nyai Hj. Sholichah Wahid
 

“Meskipun sudah menjadi alumni jangan sampai lupa sama pondoknya. Dan apa saja profesimu jangan sampai lupa mendoakan guru-gurumu dan mendoakan kedua orang tuamu dengan istiqomah.” – Ibu Nyai Hj. Siti Sutijah Thowaf Muslim
 

“Perbedaan itu untuk mengajarkan kita menyikapi orang lain dengan bijak, tidak untuk menang sendiri. Karena selamanya perbedaan itu akan selalu ada.” – Nyai Hj. Azzah Noor Laila Muhammad
 

“Apa yang kita tanam hari ini pasti akan kita petik hari esok, tanamlah kebaikan terus menerus” 

.

Selasa, 22 Desember 2020

Hari Ibu

Hari Ibu

Ketika Ny. Arthimah binti Sholeh diceraikan oleh KH. Dahlan Jampes, beliau pulang ke rumah bapaknya di Banjarmlati dalam keadaan hamil, yang ketika lahir dinamakan Marzuqi. Sehingga Marzuqi ini ikut ibunya sampai dewasa sementara kakaknya (KH. Ihsan) ikut abahnya. Ketika KH. Marzuqi diambil menantu KH. Abdul Karim Lirboyo, walaupun ikut mertua namun setiap hari mengunjungi ibunya. Sementara itu, KH. Ihsan yang sudah menjadi pengasuh pesantren Jampes jarang bisa berkunjung karena kesibukannya. 

Suatu saat, sang ibu mengutarakan kerinduannya dan ingin bertemu dengan KH. Ihsan, hal ini disampaikan oleh KH. Marzuqi kepada KH. Ihsan. Setelah lama ditunggu, ternyata KH. Ihsan belum datang sehingga sang ibu menggerutu, KH. Marzuqi berusaha menghibur dengan matur: "sekarang kan kang Ihsan jadi kyai besar dan santrinya banyak, mungkin saja belum ada kelonggaran waktu." 
Sang Ibu dengan ghodhob berkata: 
"Masio Ihsan Kyai gede santrine sak jagad iku ora metu teko kayu watu, tapi metu teko wetengku iki !". (walaupun Ihsan kyai besar santri sejagad itu keluarnya tidak dari kayu-batu, tapi keluar dari perutku iki).

KH. Marzuqi pun pamit ke Jampes untuk menjemput kakaknya dengan naik sepeda onthel. Setelah bertemu beliau mengutarakan perkataan sang ibu kepada kakaknya. Begitu mendengar, KH. Ihsan langsung meliburkan pengajiannya dan bergegas pergi ke rumah ibunya di Banjarmlati, begitu tiba di perempatan Bandar (± 1,5 km dr rumah Ibu) beliau turun dari kendaraan dan berjalan kaki, dan begitu tiba di ujung gang menuju rumah, beliau berjalan sedokan (berjalan ala abdi keraton) sampai di depan pintu terus duduk bersimpuh dan mengucapkan salam dengan lirih, dan mengajukan permohonan maaf sambil menangis. 
.
KH. Ibrohim Hafidz 
_______________________
 Sumber: HIMASAL LIRBOYO

Senin, 21 Desember 2020

Islam Menggugat

🕋 *ISLAM MENGGUGAT ?*🕋

Oleh: *_Habib Abdillah Toha_*
------------------------------------------

Sudah sejak 2014 sampai sekarang ada sebagian Muslim yang meyakini bahwa pemerintah yang sekarang tidak bersahabat dengan Islam. Bahkan dikatakan memusuhi Islam. Puncaknya terjadi pada 2017 dalam pemilu gubernur DKI. Padahal sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia, negeri ini boleh dibilang sebagai negeri yang paling depan dalam memberikan kebebasan penuh untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Di negeri ini ada tidak kurang dari 800,000 masjid. Tiap tahun pemerintah mengurus tidak kurang dari 200,000 orang untuk beribadah haji. Belum lagi ratusan ribu yang beribadah umroh dengan pengurusan yang makin hari makin lebih baik dalam pelayanannya. Ribuan pesantren dan madrasah pertebaran di negeri ini dengan dukungan pemerintah. Tidak ada larangan atau sensor apapun untuk khotbah atau berdakwah. 

Pengajian dan majelis-majelis Islam makmur di dimana-mana tanpa campur tangan pemerintah. Tausiyah, istighosah, serta kumpulan dan pertemuan-pertemuan besar Muslim dibolehkan, meski kadang-kadang mengganggu ketertiban umum. Ada kementerian khusus urusan agama yang memastikan bahwa kesejahteraan umat terurus dengan baik. Masjid-masjid mengumandangkan adzan dengan pengeras suara yang kadang-kadang berlebihan tanpa dihentikan oleh pemerintah. 

Di luar ormas Islam besar seperti Muhammadiyah dan NU ada ribuan organisasi dan perkumpulan Islam lain yang bebas bergiat tanpa ada pembatasan dari pemerintah. Ribuan siswa muslim berangkat ke luar negeri untuk memperdalam ilmu keislaman ke Mesir, Saudi, Yaman, Irak, dan tempat-tempat lain bahkan ke Eropa dan Amerika tanpa perlu mendapatkan izin khusus dari pemerintah. Dai-dai dari luar negeri bebas berdatangan ke negeri ini untuk melakukan dakwah tanpa izin. Hari-hari besar Islam dihormati dan dirayakan dengan memberi liburan nasional. Tidak ada buku-buku Islam yang disensor atau dilarang beredar kecuali yang dianggap dapat mengganggu keamanan. Jadi apa sebenarnya yang dianggap sebagai anti Islam?

Perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti perzinahan, perjudian, monopoli, menimbun barang, dan sejenisnya dilarang di negeri ini. Pengadilan agama diadakan khusus untuk umat Islam bagi mengurus kepentingan muslim seperti perkawinan, perceraian, harta waris dan lainnya. 90 perrsen yang menduduki jabatan pemerintah maupun yang berada di lembaga-lembaga tinggi negara seperti DPR Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan lain-lain adalah mereka yang beragama Islam. Jadi apalagi yang dituntut kepada pemerintah untuk lebih berpihak kepada muslim?

Apakah larangan mendirikan negara didalam negara seperti yang ada dalam konsep khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dianggap sebagai kebijakan anti Islam? Bukankah sebagian besar negeri-negeri berpenduduk Islam juga melarang organisasi sejenis itu? Apakah menghukum dan memproses secara hukum ulama serta ustad atau ahli agama yang melanggar atau diduga melanggar hukum dianggap sebagai menzalimi Islam? Apakah ulama dan ustadz berada di atas hukum? 

Apakah memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya bertentangan dengan Islam? Apakah berdagang dengan asing dan membolehkan asing menanam modalnya di negeri ini bertentangan dengan hukum Islam? Apakah ada bagian dari ideologi negara  Pancasila yang menjadi kesepakatan bersama kita sejak berdirinya negara ini berseberangan dengan Islam? Apakah untuk menjadi lebih Islam itu harus dilakukan dengan sekadar mengibar kibarkan apa yang disebut sebagai bendera tauhid? Atau dengan berteriak takbir sekuat tenaga? Atau dengan menentang setiap warga negara non Muslim untuk menduduki jabatan negara?

Jadi memang ketika sebagian ustad berkhotbah dan menggiring Muslim awam untuk berdemo atau menuntut perubahan, tidak pernah jelas apa sebenarnya yang dianggap kurang Islami. Apakah dugaan penguasaan ekonomi oleh etnis tertentu dilihat sebagai anti Islam? Bila benar, bukankah hal ini tidak ada hubungannya dengan agama tetapi barangkali lebih kepada pengambilan kebijakan yang kurang tepat sejak lama dan bukan baru terjadi pada pemerintahan sekarang? 

Bukankah mencampur adukkan tuntutan yang legitimate dengan bahasa agama justru akan mengaburkan tuntutan itu sendiri? Apalagi menyebut diri sebagai mujahid seakan sedang berada dalam keadaan perang melawan musuh Islam. Tidakkah para pemrakarsa yang menggiring massa itu sadar bahwa mengaduk aduk sentimen dan emosi keagamaan berakibat rapuhnya massa terhadap kemungkinan ditunggangi oleh aktor-aktor yang sedang berupaya meraih tujuan-tujuan pribadi atau kelompok yang belum tentu Islami? Lebih berbahaya lagi bila para penunggang itu memanggil kekuatan dari luar untuk mendukungnya seperti yang terjadi di Timur Tengah dengan akibat hancur berantakannya negeri-negeri itu.

Karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim maka harus diakui bahwa sebagian besar Muslim di negeri kita masih belum mencapai tingkat kesejahteraan seperti yang dicita citakan oleh para pendiri bangsa ini. Namun demikian, apakah mengunggah emosi dan sentimen keagamaan adalah cara yang tepat untuk mempercepat perbaikan nasib bangsa. Cara ini justru bisa membuat kita mundur, merusak hasil yang sudah dicapai, dan memulai dari nol lagi dan korban terbesarnya adalah manusia-manusia yang digiring itu yang polos dan percaya kepada penggiringnya.

Bila harus menggunakan semangat keagamaan maka yang didorong seharusnya  bukan emosi tetapi nalar dan nilai-nilai keagamaan yang positif melalui dakwah dan pendidikan agama yang benar yang mengedepankan peningkatan kecerdasan dan keterampilan, kebersamaan, kemajuan, kerja keras, dan percaya diri. Allah akan membantu hambanya yang berupaya mengubah nasibnya dengan jalan yang benar. 
Insya Allah.

-------------------
Sumber :
*Habib Abdillah Toha*
*dari buku “Buat Apa Beragama?”*

Rabu, 02 Desember 2020

12 Penyakit Rumah Tangga

12 PENYAKIT BERUMAH TANGGA

1.KUTILAN:
KURANG TAHU ILMU PERNIKAHAN. 

Rumah tangga akan sukses jika dipandu dengan ilmu agama. Ilmu agama suami istri yang mumpuni akan diberi kebaikan dalam rumah tangganya. Rasul bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّين

Artinya: “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan, maka akan dipahamkan ia dalam ilmu agama.”(HR. Bukhari)

2.KUTUAN: 
KURANG TAHU ARAH DAN TUJUAN PERNIKAHAN.

Tujuan pernikahan Seperti dalam Surah Rum ayat 21,  adalah supaya kita bisa hidup damai penuh ketenangan, saling jaga, saling melengkapi saling membahagiakan. 

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا 

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu tenteram..(Ar-rum: 21)

3.KUSTA :
KURANG SABAR MERAIH CITA. 

Naik tangga mesti dari tangga pertama dulu! Kebanyakan kita ingin langsung ingin langsung sampai ditangga puncak.

Tentu tidak mungkin! Maka sabarlah berproses dalam berumah tangga in syaa allah akan sampai pula ketangga puncak akhirnya. Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Aali ‘Imraan: 200)

4.KUDIS: 
KURANG URUS DUIT SELALU HABIS.

Manajamen keuangan yang tidak cakap, tidak bisa menentukan skala prioritas, tidak bisa menahan diri untuk belanja yang tidak penting dan mengabaikan kebutuhan yang pokok dan jangka panjang, biasanya karena sipat boros maka rumah tangga akhirnya akan oleng.

Maka cakap lah dalam mengelola uang,dan  tidak boros. In syaa allah kelarga akan damai dan mapan. Allah swt berfirman:

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).

5. KANGKER: 
KANTONG KERING

Karena boros, karena malas, karena tidak mau belajar untuk cerdas akhirnya kita miskin. Maka keadaan miskin akan banyak bisikan setan, banyak percekcokan, sering terjadi pertikaian dan lain sebagainya. 

Maka banyaklah belajar, jangan boros dan  bekerja keraslah in syaa allah kita akan terbebas dari kemiskinan yang sangat menyesakan:
Rasulullah saw  bersabda:

 كادَ الفَقْرُ أنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
 
“Hampir-hampir kefakiran (kemiskinan) itu menjadi kekafiran”
( Imam al-Baihaqi dalam kitab “Syu’abul Iman” (no. 6612)

6. SEMBELIT: 
SEDEKAH DAN MEMBERI SANGAT SULIT.

Jika seluruh anggota keluarga pelit maka rizki akan sulit.

Jikapun ada keluarga yang pelit tapi rizki terus melangit pasti itu istidraj. Pelit membuat semua urusan rumah tangga akan rumit. 

Tapi jika dermawan semua urusan rumah tangga akan penuh kebaikan dankeberkahan.
Rosululloh  bersabda:

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ – وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ – فَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِيْنِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِاَ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ فَصِيْلَهُ، حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ

“Barangsiapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil usaha yang baik -dan Alloh tidak akan menerima kecuali yang baik- maka Alloh akan menerima dengan tangan kanan-Nya, lalu mengembangkan untuk pemiliknya (yang berinfak) sebagaimana salah seorang kalian mengembang biakkan anak kuda atau anak untanya, sampai harta itu menjadi sepenuh bukit”. (HR. Bukhori)

7. MERIANG: 
“MENENGOK” ISTRI ATAU SUAMI JARANG

Salahsatu hak pasangan yang jadi kewajiban bagi pasangan lainnya yang mesti ditunai oleh masing-masing pasangan adalah kebutuhan badaniyah. 
Maka jika hal ini diabaikan akan menjadi celah keretakan. Makanya Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an:

فَإِذَا تَطَهَّرۡنَ فَأۡتُوهُنَّ مِنۡ حَيۡثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُۚ 

“..Apabila mereka (istri) telah bersuci (mandi besar) maka “datangilah” mereka itu (istri) di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu..” (QS Al-Baqarah: 222)

8.TIPES:
TIDAK PEDULI PERASAAN.

Tidak  saling pengertian dan tidak peduli perasan masing-masing  pasangan akan membuat pasangan saling menyakiti dan tersakiti. 
Rasulullah Saw bersabda:

 خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي

“Orang terbaik diantara kamu adalah yang terbaik dalam hal memperlakukan keluarganya, dan aku adalah yang terbaik  dalam memperlakukan  keluarga.” (HR Ibnu Majah)

9.MALARIA:
MENCARI LAIN PRIA/MENCARI LAIN WANITA.

Penyakit berumah tangga lainnya adalah sifat bosan kepada pasangan. Baik bosan kepada fisiknya, sikapnya dan kebersamaannya.  Maka jika tidak bisa menundukan rasa bosan itu. 

Akhirnya ada yg sampai berbuat selingkuh dg mencerai atau menggugat cerai. Yang sedang berfikir untuk cerai Takutlah sabda nabi saw:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلاقًا فِيغَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّة

“Siapa saja wanita yang meminta (menuntut) cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan maka diharamkan bau surga atas wanita tersebut.” (HR. Abu Dawud)

10. KURAP:
KURANG RAPIH.

Banyak istri dan suami tergoda kepada selain pasangannya gara-gara suami dan istri dirumah tidak memperhatikan kerapihan, kebersihan, kepantasan dan keindahan. 

Maka perbaikilah penampilan kita dengan tampil didepan pasangan kita dg tampilan terbaik. Rosul bersabda:

خَيْرُ النِّسَاءِ مَنْ تَسُرُّكَ إِذَا أَبْصَرْتَ، وَتُطِيْعُكَ إِذَا أَمَرْتَ، وَتَحْفَظُ غَيْبَتَكَ فِيْ نَفْسِهَا وَمَالِكَ

“Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.” (HR. Thabrani)

11. MUAL: 
MENGABAIKAN URUSAN HALAL.

Jika suami/ istri sudah ngaji, sudah umrah, sudah haji dsb tapi masih tetap bermasalah dirumah tangganya. 

Maka periksalah kehalalan rizki keluarganya, karena rizki haram pembawaannya panas. Rasul bersabda:

َ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحتٍ إلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَولَى بِهِ

"Tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali neraka lebih utama atasnya. [HR. Tirmidzi]

12. JERAWAT:
JARANG BERDOA LEWAT SHALAT.

 Jangan sepelekan doa supaya kebaikan berumah tangga. Karena doa adalah energi yg menghidupkan keluarga, doa adalah benteng yg melindungi keluarga, doa adalah embun yang akan menyejukan keluarga. Amalkanlah doa ma'tsur dari al-qur'an untuk kebaikan rumah tangga dibawah ini:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqan: 74).

SEMOGA KITA DIJAUHKAN DARI 12 PENYAKIT RUMAH TANGGA DIATAS. DAN  SEMOGA ALLAH SWT ANUGERAHI KITA DENGAN KELUARGA SAKINAH.
 AAMIIN..