YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Selasa, 27 Oktober 2020

Dimana kamu bisa dihargai

Dimana kamu bisa di hargai 

Seorang santri sedang membersihkan aquarium Kyainya, ia memandang ikan arwana  dengan takjub..
Tak sadar Kyainya sudah berada di belakangnya.. "Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang Kyai..
.
"Tidak tahu". Jawab si Santri..
.
"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!". Perintah sang Kyai.
.
Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..
Kemudian kembali menghadap sang Kyai. .
"Ditawar berapa nak?" tanya sang Kyai. .
"50.000 Rupiah Kyai". Jawab si Santri mantap..
.
"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang Kyai lagi..
.
"Baiklah Kyai". Jawab si santri. Kemudia ia beranjak ke toko ikan hias..
.
"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang kyai..
.
"800.000 Rupiah Kyai". Jawab si santri dengan gembira, ia mengira sang Kyai akan melepas ikan itu..
.
"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang Kyai lagi..
.
"Baik Kyai". Jawab si Santri. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.
.
"Berapa ia menawar ikannya?".
.
"50 juta Rupiah Kyai".
.
Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan  yang bisa berbed-beda..
.
"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat..".

.
"Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah karena tidak ada yang menghargaimu.. Mereka yang mengetahui nilai kamu itulah yang akan selalu menghargaimu..".

كُلُّنَا اَشْخَاصٌ عَادِيٌّ فِي نَظْرِ مَنْ لاَ يَعْرِفُنَا
Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا
Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا
Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا
Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian terhadap kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا
Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri akan kita.

لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ
Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik di mata orang lain.

يَكْفِيْكَ رِضَا اللّٰهُ عَنْكَ ، رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَك
Cukuplah dengan ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang takkan pernah tergapai.

وَرِضَا اللّٰهُ غَايَةٌ لاَ تُتْرَك ، فَاتْرُكْ مَا لاَ يُدْرَكْ ، وَاَدْرِكْ مَا لاَ يُتْرَكْ
Sedangkan Ridha Allah, destinasi yang pasti sampai, maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus saja pada ridha Allah . ان شاء الله

Minggu, 25 Oktober 2020

Makna Khodam Sulaiman

Makna Khotim Sulaiman

Adapun mengenai al-asykal as-sab’ah (tujuh lambang) telah dijelaskan oleh para ulama bahwasanya ia merupakan ismullah al a’zham (Nama Allah Yang Agung). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas ra. Dan berikut yang dimaksud dengan al-asykal as-sab’ah (tujuh lambang) itu :

๘ااآم#ااااھے☆

Para ulama yang ahli dalam ilmu ini telah memberikan penjelasan mengenai makna lambang di atas. Yaitu, bahwasanya Allah berfirman :

انا الله الواحد الاحد الملك الحي

Aku adalah Allah, yang Tunggal, yang Esa, Raja, yang Maha hidup.

انا الله يسبح لى الظلام والغي

Aku adalah Allah, bayangan dan kegelapan bertasbih pada -Ku.

انا الله الصانع لا يدركنى الغئ

Aku adalah Allah, yang Maha Mencipta, yang kegelapan tidak dapat mencapai-Ku.

انا الله الذي ليس كمثله شئ

Aku adalah Allah, yang tidak ada sesuatu pun menyerupai-Ku.

انا الله السميع البصير الخالق كل حي

Aku adalah Allah, yang Maha Mendengar, yang Maha Melihat, yang Menciptakan semua yang hidup.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah berkata dalam bentuk syair :

Tiga tongkat dibariskan setelah gambar bintang
* Di atasnya terdapat semacam tombak yang melengkung
Dan terdapat Mim terhapus (tidak berlubang tengahnya)
Dan terpisah kemudian semacam gambar tangga
* yang di dalamnya terdapat dua garis
Gambar keempat seperti jari-jari yang berjajar tanpa pergelangan
* yang mengisyaratkan kepada berbagai macam kebaikan
Kemudian huruf Ha’ separuh dan huruf Wawu yang melengkung
* Laksana tabung milik tukang bekam
Maka inilah yang dimaksud isim yang diagungkan derajatnya
* Maka apabila engkau tidak mengetahui perihal isim tersebut
sebelum nya maka ketahuilah
Wahai orang yang membawa al Ismul A’zham 
Cukupkanlah aku dengannya
* Sungguh engkau akan selamat dari marabahaya

makna  khatim sulaiman dalam bahasa arab menurut  ulama 

 ☆ فرد
 آآآ جبار
 م  شكور
 # ثابت  
اااا ظهير
 ھے خبير
  و  زكي

Sabtu, 24 Oktober 2020

Ziarah ke makam Nabi

KETUA DPP PKS YANG UMROH NAMUN TIDAK MAU MENZIARAHI NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASSALAM

Oleh: Ustadz Akhmad Musta'in

Pada suatu Ramadhan, Gus Yahya –begitu K.H. Yahya Cholil Staquf biasa disapa– berangkat umroh. Dalam perjalanan Jakarta-Jeddah, kebetulan kursinya di pesawat bersebelahan dengan Ir. Tifatul Sembiring –waktu itu dia masih ketua DPP PKS dan belum jadi Menkominfo era Pak SBY– dan mereka pun sedikit mengobrol setelah saling menyapa.

"Berapa hari?" dia bertanya.

"Yah… seperti biasa… tiga hari di Madinah, lalu empat hari di Makkah," jawab Gus Yahya.

"Saya sepuluh hari tapi tidak ke Madinah. Cuma di Makkah saja terus pulang," kata Tifatul.

Gus Yahya tidak berkomentar dan obrolan tidak berlanjut karena Gus Yahya melihat Tifatul bangkit mengambil mushaf dari tas tentengnya.

"Maaf ya," katanya, kemudian tampak memusatkan perhatian ke halaman-halaman mushaf.

Syaikh Ahmad Nursaif, pengampu rubath thullab di Hafair, Makkah, adalah guru dari Kiai 'Athourrahman Hisyam–Kiai Thour–dan adik-adiknya. Suatu kali beliau berkunjung ke Indonesia dan menengok murid-muridnya itu di Leler, Purwokerto. Menurut Gus Zuhrul Anam, adik Kiai Thour yang juga menantu Kiai Maimun Zubair, Syaikh Nursaif bercerita tentang salah satu live show Bin Baz –syekh rujukan Salafi/Wahabi– di televisi Saudi.

Dalam dialog interaktif di televisi itu, seseorang bertanya lewat telefon,

"Saya menunaikan ibadah haji, tapi tidak sempat ziarah ke makam Rasulullah. Bagaimana hukumnya?"

"Oh, tidak apa-apa!" Bin Baz menjawab lugas, "Asal tahu saja, saya sendiri dua puluh lima tahun tinggal di Madinah, dan tidak sekali pun berziarah ke makamnya!"

Syaikh Nursaif tampak geram ketika meriwayatkan hal itu,

"Su-ul adab kok bangga!" kata beliau.

Belakangan, riwayat dari Gus Anam itu sampai kepada Gus Mus, beliau cuma nyengir.

"Wong itu Kanjeng Nabi sendiri yang tidak mau didatangi kok," komentarnya, "Dulu, banyak orang ingin sowan kepada Mbah Hamid Pasuruan tapi tidak berhasil ketemu. Banyak juga yang mau sowan, tapi nggak sempat-sempat, atau bahkan sama sekali tidak tergerak hatinya untuk sowan. Itu semua karena Mbah Hamid-nya sendiri memang tidak mau disowani oleh yang bersangkutan. Itu baru wali. Apalagi ini…. Kanjeng Nabi je!".