YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Senin, 13 Desember 2010

MWC NU gelar Lailatul Ijtima' di Desa Kediri

“Jamaah NU sekarang ini paling banyak dibanding dengan jamaah ormas lain di Indonesia, tetapi secara jam’iyyah (organisasi) belum banyak dipahami. Mudah-mudahan melalui Lailatul Ijtima ini kita bisa memahami secara bertahap”
Demikian sambutan K. Abdul Hadi pada acara Lailatul Ijtima’ di Masjid Jamie Nurul Huda Desa Kediri Kecamatan Binong Kabupaten Subang. Pada sabtu (04/12) lalu.
Acara diawali dengan pembacaan tawasulan oleh K. Abd. Maufuri, Wakil Rais Syuriah Ranting Kediri. Dilanjutkan dengan sambutan panitia oleh Ketua Tanfidziyah Ranting Kediri Ust. Masruhi.
Untuk pembacaan kitab oleh KH. Zaenudin, Rais Syuriah MWC NU Binong, dengan materi pahala baca al-qur’an dan sodakoh untuk orang yang sudah meninggal dunia. Dalam bahasannya beliau menegaskan pahala baca al-qur’an dan sodakoh akan sampai pahalanya.
Dalam bahasannya beliau mengutip suatu hadits marfu, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,”Barangsiapa memasuki komplek pemakaman, lalu membaca surat al-fatihah, al-ikhlas, alhakumut takatsur, kemudian berdo’a “Aku menghadiahkan pahala apa yang aku baca dari firman-Mu kepada ahli kubur muslimin dan muslimat, maka semua ahli kubur itu akan membantu ia dihadapan Allah SWT di hari kiamat”.
Acara Lailatul ijtima ini diikuti oleh seluruh pengurus MWC dan Ranting NU se- kec. Binong. Pada acara ini juga Pengurus Ranting NU Kediri mengadakan Bazar Buku di serambi masjid.

Rabu, 24 November 2010

MWC NU Binong dan Tambakdahan Gelar Pengajian Triwulan ke-NU-an


Rabu (24/11), ribuan jamaah nahdliyyin se-Kecamatan Binong dan Tambakdahan Subang menghadiri Pengajian Triwulan ke-NU-an yang bertempat di Halaman Masjid Jamie Al-Barokah Desa Karangsari Kecamatan Binong Kab. Subang.
Acara dibuka dengan istighatsah pukul 09.00 WIB yang dipimpin oleh KH. Ma’mun Ghazali, Wakil Rais MWC NU Binong. Kemudian dilanjutkan pembacaan Kalam Illahi oleh Ust. Saefudin, diteruskan dengan Pembacaan Shalawat, Lagu Gotong Royong (Masyarakat Subang), Mars Muslimat NU oleh Ibu-ibu Muslimat NU Ranting Desa Karangsari.
Pengajian Triwulan ke-NU-an ini dihadiri oleh Wakil Bupati Subang, Bp. Ojang Suhandi dan Ketua DPRD Kabupaten Subang. Ibu Atin Supriatin. Dalam sambutannya Ojang Suhandi menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bagus untuk terus dilaksanakan karena termasuk dalam pembangunan rohani. “pembangunan bukan hanya fisik tapi juga rohani, sehingga bisa menjadi manusia yang cageur (sehat), bageur (baik), pinter (cerdas) tur singer (rajin), menuju masyarakat baldatun toyyibatun wa robbun ghofur” paparnya.
Ketua DPRD Subang, Ibu Atin Supriatin, yang hadir pada kesempatan ini mengenakan baju Muslimat NU, dalam sambutannya mengatakan bahwa bajunya hadiah dari Ibu Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PP. Muslimat NU waktu berkunjung di Subang. Sebelum mengakhiri sambutannya ibu Atin yang mempunyai suara merdu ini, membaca dzikir tasbih ala Arifin Ilham dan ishtighfar ala Jefri Bukhori yang diikuti oleh jamaah dengan antusias.
Pengajian ke-NU-an ini kerjasama dengan Indosat Pamanukan dan PT. Jarum Super juga disiarkan langsung oleh stasiun radio Pagaden Subang, demikian menurut K. Abdul Hadi, Ketua MWC NU Binong dalam sambutannya.
Setelah sambutan-sambutan, dilanjutkan dengan Pembacaan Kitab Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah karangan KH. Ali Maksum, dengan materi Talqin Mayit oleh KH. Muktar Kamil, Wakil Rais MWC NU Tambakdahan. Untuk Ceramah ke-NU-an oleh KH. Abdul Rasyid, Rais MWC NU Tambakdahan

Kamis, 18 November 2010

Pengajian Triwulan ke NU-an Tingkat Kecamatan Binong - Tambakdahan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam silaturahmi kami sampaikan teriring do’a semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT, dan selalu sukses dalam menjalankan aktifitas sehari – hari, Amiiiin.
Dengan senantiasa memohon Rahmat dan Taufiq Allah SWT, Melalui pengajian tri wulan Ke NU an Tingkat kecamatan Binong & Tambakdahan bermaksud berhimpun diri dalam dzikir,pengembangan fikir dan amal sholeh. maka dengan ini MWC NU Binong mengundang kepada seluruh Warga Nahdliyyin dan Muslimat Untuk hadir pada :

Hari : Rabu
Tanggal : 17 Dzul hijjah 1431 H/24 November 2010 M
Waktu : Jam 07,00 WIB Sampai dengan selesai
Tempat : Mesjid Jamie Al Barokah Karangsari Binong Subang
Acara : Pengajian Triwulan Ke NU an MWC NU Binong & Tambakdahan

Demikian surat ini kmi sampaikan dengan harapan semmoga menjadi wasilah terjalinnya tali silaturrahmi dan mekarnya ukhuwah Islamiyah diantara kita, mendapat sambutan yang baik dan atas kehadirannya kami ucapkan terima kasih.
Wallahul-muwafiq ila-aqwamit thariq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jadwal Acara :

1 Istighosah 30” 09.00 s.d. 09.30 KH.Surya
K.M Sholeh NH
K.Muhammad Ilyas
K A Ghozali
K Mukhtar Rafi’i
KH.Ma’mur
K.Dimiyati
K.Ade Zarkasih
K.Mukhtar Efendi
Kyai NU Kec Binong







2 Pembacaan 10” 09.30 s.d. 09.40 Ust.Saefudin Gema Wahyu Illahi
10” 09.40 s.d. 09.50 Muslimat NU Ranting Karang Sari Sholawat Nabi & Gelar Sorban
3 Sambutan 15” 09.50 s.d.10.05 Bapak.
Dasim Shomantri,SE Kepala
Desa Karangsari

15” 10.05 s.d.10.20 Bpk .Suhaendi,S.Sos an.Camat Binong

15” 10.20 s.d. 10.35 K.Abdul Hadi Mutholib MWC NU Binong

15” 10.35 s.d. 10.50 Enang Kurniawan Pt.Indosat
4 Pembacaan
Kitab Ke NU an 15” 10.50 s.d. 11.05 KH.Mukhtar Kamil MWC NU Tambakdahan
5 Da’wah Islam
Ke NU an 15” 11.05 s.d. 11.20 K.Abdul Rosyid Rois Syuriyah
MWC NU Tambakdahan
6 Sambutan Wakil Bupati Subang 35” 11.20 s.d. 11.55 Bpk.Ojang Shohandi Wakil Bupati Subang
7 Tutup /Do’a 5” 11.55 s.d. 12.00 KH.Zaenudin Rois Syuriyah
MWC NU Binong


Diseponsori oleh :

KKDT Binong gelar PORSADIN se-Kecamatan Binong


KKDT (Kelompok Kerja Diniyah Takmiliyah) Binong, Minggu 14 Nopember 2010, selenggarakan PORSADIN (Pekan Olahraga dan Kesenian Diniyah Takmiliyah) se –Kecamatan Binong yang diikuti oleh 21 Madrasah Diniyah yang bertempat di MTs. Darul Hikam Binong Subang.
Acara diawali Pukul 07.30 WIB dengan pawai keliling yang diikuti oleh ratusan anak-anak Madrasah Diniyah se-Kec. Binong dari Lapangan Kecamatan menuju MTs. Darul Hikam. Dilanjutkan dengan Pembukaan Porsadin oleh Ketua KKDT Kec. Binong KH. Musahar.
Ketua Panitia Porsadin Ust. Agus Nahdudin mengatakan dalam laporannya bahwa kegiatan Porsadin ini diikuti oleh 21 Madrasah dengan 345 Peserta. Cabang yang dilombakan antara lain Cerdas Cermat, Hapalan Juz ‘Amma, Kaligrafi dan Olah Raga Futsal.
Adapun tempat tidak semua di MTs Darul Hikam, untuk Hapalan Juz’amma bertempat di Majelis Ta’lim An-Nida sedangkan Futsal di Lapangan Sepakbola Gelora Pemuda dekat SMU Astha Hannas Binong.
Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh Kepala dan guru-guru Madrasah Diniyah se-Kecamatan Binong, dan sebagian orangtua siswa juga hadir mendampingi anak-anaknya mengikuti lomba

Senin, 08 November 2010

MWC NU Binong Subang Gelar Lailatul Ijtima'

MWC NU Binong pada Sabtu, 06 November 2010 mengadakan acara Lailatul Ijtima’ di Masjid Jamie Al-Muttaqien Jungklang Mulyasari Binong, yang dihadiri oleh pengurus ranting seluruh Kecamatan Binong Kabupaten Subang Jawa Barat.
Diiringi rintik hujan, acara ini dimulai pukul 20.30 WIB dengan didahului oleh Tawasulan yang dipimpin oleh KH. Jamaluddin (Musytasar MWC NU Binong). Sebelum tawasul beliau mengungkapkan kegembiraannya dengan terlaksananya acara ini dan mohon untuk bisa istiqomah. Beliaupun mengeluarkan catatan yang beliau peroleh dari gurunya KH. Sanusi (Babakan Ciwaringin) tentang Hujjah-hujjah Aswaja supaya bisa gandakan untuk yang berminat.
Selanjutnya sambutan-sambutan, yang pertama dari Ketua Tanfidziyah Ranting Mulyasari KH. Oni Fathoni. Selanjutnya Rais Syuriah MWC NU Binong KH. Zaenudin. Dalam sambutannya Kiai Zaenudin menuturkan insya Allah acara Lailatul Ijtima ini akan terus dilaksanakan setiap sebulan sekali, setiap malam ahad di akhir bulan hijriyah. Beliau mengungkapkan acara ini sangat baik untuk menjalain silaturahmi antar pengurus juga melestarikan kembali tradisi Lailatul Ijtima dikalangan nahdliyyin yang sudah mulai jarang yang melaksanakan. Supaya acara ini bisa berkesinambungan untuk tempat acara, pembaca kitab dan pembahas ke-NU-an sudah dijadwal secara bergiliran, ungkap beliau.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan Kitab oleh Ust. Sakiyadi ( Pengurus Ranting Cicadas). Adapun kitab yang dibahas Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah karangan Syeikh al-Allamah KH. Ali Maksum (Mantan Rais Aam PBNU). Dilanjutkan acara pembahasan ke-NU-an oleh Ketua Tanfidziyah MWC NU Binong K. Abdul Hadi Muthalib. Dalam paparannya Kiai Hadi menegaskan sumbangsih jamiyah NU yang tak terhingga bagi bangsa Indonesia dari semenjak Negara ini belum berdiri hingga sekarang. Adanya Nahdlatul Wathon, Nahdlatut Tujjar dan Komite Hijaz yang merupakan embrio adanya Nahdlatul Ulama sudah ada jauh sebelum kita merdeka.

Rabu, 03 November 2010

Hadirilah Lailatul Ijtima MWC NU Binong

Pada tanggal 6 November 2010 atau bertepatan dengan 29 Dzulqaidah 1431 H. MWC NU Binong akan menyelenggarakan Lailatul Ijtima di Masjid Jamie Al-Muttaqien Jungklang Mulyasari Binong. Lailatul Ijtima ini insya Allah akan rutin dilaksanakan di minggu akhir bulan hijriyah setiap malam minggunya, mulai pukul 19.30 WIB.
Pada acara kesempatan ini pembaca kitab oleh Ust. Sakiyadi (Bendahara MWC) dan untuk materi ke-NU-an oleh K. Abdul Hadi Muthalib (Ketua Tanfidziyah MWC NU Binong).
Untuk lancar dan suksesnya acara ini, kami tunggu kehadiran rekan-rekan semua.

Rabu, 20 Oktober 2010

Keluarga Besar MWC NU Binong Mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Haji Jama'ah Dari Kab.Subang Jabar
Semoga Menjadi Haji Mabrur/Mabrurah......Amin

Rabu, 29 September 2010

Foto Acara Halal bi Halal di Desa Kihiyang



MWC NU, MUI dan Muslimat NU Kec. Binong dan Tambakdahan Kab. Subang adakan bersama Halal bi Halal.

Ribuan jamaah membanjiri halaman Masjid Jamie Al-Hidayah Desa Kihiyang Binong Subang pada Rabu (29/09) siang. Mereka mengikuti pengajian syahriahan dalam rangka Halal bi Halal MWC NU, MUI, Muslimat NU se-Kecamatan Binong dan Tambakdahan.
Ketua MWC NU Binong K. Abdul Hadi menerangkan bahwa pengajian syahriahan ini sudah berlangsung hampir lima tahun. Waktunya tiap hari rabu akhir tiap bulan. Diikuti oleh ribuan jamaah dari dua kecamatan. Untuk tempat bergiliran, sekarang di wilayah kec. binong untuk bulan depan di wilayah kec. tambakdahan begitu seterusnya.
Acara di awali istighatsah, Pembacaan Kalam Illahi, Shalawat dan Mars Muslimat NU oleh Ibu-ibu Muslimat NU Ranting Desa Kihiyang. Pembacaan Kitab Fathul Qarib oleh Ketua MWC NU Tambakdahan Ust. Saeful Bahri,S.Ag.
Hadir dalam acara ini Camat Binong Ida Sudayat, yang dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan pengajian bulanan yang sangat bagus dan terus perlu ditingkatkan untuk mempererat tali silaturahmi antar dua kecamatan.
Acara ini ditutup dengan dua penceramah. Yang pertama disampaikan oleh Rais Syuriah MWC NU Tambakdahan K. Abdul Rasyid. Penceramah yang kedua oleh Wakil Ketua PC Muslimat NU Kab. Subang Ibu Hj. Fasihah Muslim.

Sabtu, 04 September 2010

Pengajian Syahriahan (Bulan September) se- Kecamatan Binong dan Tambakdahan di Desa Kihiyang

Hadirilah Pengajian Syahriahan (Bulanan)Halal Bihalal MWC NU, MUI dan Muslimat NU Se-Kecamatan Binong dan Kecamatan Tambakdahan di Halaman Masjid Jamie Al-Hidayah Desa Kihiyang, Pukul 08.00 - 12.00 WIB Hari Rabu, 29 September 2010.

Sabtu, 21 Agustus 2010

RIWAYAT HIDUP PROF. DR. KH. SAID AQIEL SIRAJ, MA.

A. Identifikasi

A.1 Pribadi

1. Nama lengkap & gelar: Said Aqil Siraj (doktor, magister )
2 .Tempat dan tanggal lahir: Cirebon, 03 Juli 1953
3. Hobby: Membaca dan berwisata

A.2 Keluarga
Nama Isteri: Nur Hayati Abdul Qodir
Nama Anak:
1. Muhammad Said Aqil
2. Nisrin Said Aqil
3. Rihab Said Aqil
4. Aqil Said Aqil

B. Riwayat Pendidikan

B.1 Pendidikan Formal
1. S1 Universitas King Abdul Aziz, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, tamat 1982
2. S2 Universitas Ummu al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, tamat 1987
3. S3 Universitas Ummu al-Qura, jurusan Aqidah/Filsafat Islam, tamat 1994

B.2 Pendidikan Non Formal

1. Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon
2. Pesantren Hidayatul Mubtadi’en Lirboyo Kediri (1965-1970)
3. Pesantren Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (1972-1975)

C. Pengalaman Organisasi

1. Sekertaris PMII Rayon Krapyak Jogjakarta (1972-1974)
2. Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987)
3. Wakil katib ‘aam PBNU (1994-1998)
4. Katib ‘aam PBNU (1998-1999)
5. Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (GANDI) (1998)
6. Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang)
7. Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang)
8. Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998)
9. Ketua TGPF Kasus pembantaian dukun santet Banyuwangi (1998)
10. Penasehat PMKRI (1999-sekarang)
11. Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999)
12. Anggota Kehormatan Matakin (1999-2002)
13. Rais syuriah PBNU (1999-2004)
14. Ketua PBNU (2004-sekarang)

D. Aktivitas Profesional

1. Tim ahli bahasa Indonesia di koran harian Al-Nadwah Mekkah (1991)
2. Dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) (1995-1997)
3. Dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang)
4. Wakil direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)
5. Penasehat dosen MKDU di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang)
6. Wakil ketua konseptor tim lima perumus AD/ART PKB (1998)
7. Anggota Komnas HAM (1998-1999)
8. Dosen luar biasa Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999- sekarang)
9. Anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan dari NU (1999-2004)
10. Direktur pasca sarjana Unisma (1999-2003)
11. Penasehat Masyarakap Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)
12. Dosen pasca sarjana ST Maqdum Ibrahim Tuban (2003-sekarang)
13. Dosen pasca sarjana Universitas Nahdlatul Ulama UNU Solo (2003-sekarang)
14. Dosen pasca sarjana Unisma (2003-sekarang)

E. Forum Ilmiah

E.1 Pembicara Tingkat Nasional

1. Simposium nasional tentang Transpalansi Ginjal, Jakarta, 08 September 1995
2. Diskusi Panel ITB tentang Pola keterkaitan Pesantren, Perguruan Tinggi dan LSM dalam Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Bandung, 13-14 April 1996
3. Seminar nasional tentang Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari’at: Perspektif Sejarah, Bengkulu, 3-4 Desember 1996
4. Lokakarya nasional Dep. Transmigrasi tentang Transmigrasi Pesantren, Sukabumi, 16-17 Desember 1996
5. Seminar Nasional SDES, Cipayung, 1-2 April 1997
6. Temu tahunan jaringan penelitian IAIN se-Indonesia, Palembang, 16-19 Juni 1997
7. Seminar Hikmah Budhi-KMB dengan tema Buku Aksi Cinta, Jakarta, 11 Oktober 1997
8. Dialog nasional antar generasi, UGM, Yogjakarta, 25 November 1997
9. Simposium Dikbud RI tentang peringatan hari AIDS se-Dunia, Jakarta, 29 November 1997
10. Seminar Wanhankamnas tentang Strategi Pembangunan Nasional, Yogyakarta, 17-20 Desember 1997
11. Lokakarya dan seminar nasional tentang Reformasi Politik, Ekonomi, Hukum, Moral dan Budaya, Surabaya 25-27 Mei 1998
12. Sarasehan Paroki Santa Anna dengan tema Umat Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Kebenaran, Kasih dan Kebebasan, 7 Juni 1998
13. Seminar nasional dengan tema Umat Islam dalam Dinamika Politik Bangsa di Era Reformasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jogjakarta, 4 Juli 1998
14. Seminar Bamus antar Gereja dengan tema Wawasan Kebangsaan II dan III, Malang, 6-7 Agustus 1997, dan 4-6 Agustus 1998
15. Seminar sehari IAIN Jakarta dengan tema Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta, 20 Agustus 1998
16. Pelatihan pemuda Therevada di Vihara Dharma Mitra, Malang, 15-17 Agustus 1998
17. Konferensi kerja kerabat pelayanan oleh GKD, GKRI, YMPI, JRC Apostolos, KOS, YMBI, CLR, Bogor, 25-28 Januari 1999
18. Dialog nasional Forum Mahasiswa Syari’ah Se-Indonesia dengan tema Formasi Hukum dan Pluralisme Politik, Jakarta, 17 Februari 1999
19. Seminar setengah hari UKI, Atmajaya dengan tema Pemilu dan Masalah Integritas Bangsa, Jakarta, 4 Maret 1999
20. Seminar nasional Lemhanas dengan tema Pendidikan Tinggi dalam rangka Mewujudkan Masyarakat Madani, Jakarta April 1999
21. Pelatihan bagi pelatih HAM untuk kalangan rohaniawan yang diselenggarakan oleh Komnas HAM, Bogor, 26-30 Juli 1999
22. Temu Nasional Kebangsaan II, Semarang, 5 Agustus 1999
23. Seminar sehari Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya dengan tema Wali Songo, Islam di Indonesia dan Prospek Wisata Ziarah, Jakarta, 8 September 1999
24. Dialog kerukunan antar umat beragama dengan tema Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka, Jakarta, 27 Februari 2000
25. Sarasehan Lintas Iman dan Wawasan Kebangsaan, Denpasar, 25 Desember 2000
26. Seminar nasional LIPI dengan tema Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk Menyongsong Indonesia Baru, Jakarta, 23 Januari 2001
27. Seminar nasional Depdiknas dengan tema Reformasi Pendidikan Nasional , Jogjakarta 16-17 Maret 2001
28. Dialog interaktif Mabes Kepolisian Negara RI dengan tema Antisipasi Kepolisian Menghadapi Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat, Jakarta, 25 April 2001
29. Seminar Sekolah Lanjutan Perwira Polri dengan tema Transformasi Kultural dalam Tubuh Polri Menuju Profesionalisme, Jakarta, 14 Juni 2001
30. Musabaqoh Al-Qur’an tingkat V Telkom dengan tema Implementasi Akhlaq Qur’ani, 23 April 2002
31. Halaqoh nasional Depag dalam rangka Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Ahli Al-Qur’an, Jakarta, 28-30 April 2003
32. Seminar dengan tema Kerukunan Umat Beragama di Propinsi DKI Jakarta, Jakarta 3-4 September 2003
33. Simposium nasional Patria (Pemuda Theravada Indonesia) dengan tema Nasionalisme dan Profesionalisme Pers Indonesia, Jakarta, 25-27 Februari 2004
34. Muzakaroh dan Muhasabah Perwira Rohani Islam TNI, Jakarta, 24-27 Mei 2004
- Dan lain-lain

E.2 Pembicara Tingkat Internasional

1. Al-Taqrib baina al-madzahib, Al-islam Din al-Tasamuh, Teheran, Iran 1999
2. Al-Taqrib baina al-madzahib, Huquq al-insan fi al-Islam, Teheran, Iran 2000
3. Konferensi Internasional dengan tema Asian Gathering of Muslim Ulama and Christian Bishops, Manila, 18-21 Agustus 2003
4. Internasional Conference of Islamic Scholar dengan tema Daur al-Ma’ahid al-Islamiyah fi bina’I Hadhoroh al-Syu’bi Indonesiya, Jakarta, 23-25 Februari 2004
5. Internasional Conference of Islamic Scholar II dengan tema Al Mujatama’ al-Islami wa masuliyyatiha alhadhoriyyah, Jakarta, 19- 22 Juni 2006

F. Karya Ilmiah

1. Rasail al-Rusul fi al-‘Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah (Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan Agama Kristen), thesis dengan nilai memuaskan, (1987)
2. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Antara Allah dan Alam Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan nilai Cum Laude (1994)
3. Ahlussunah wal jama’ah; Lintas Sejarah (1997)
4. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik Kaum Santri1 (1999)
5. Kyai Menggugat (1999)
6. Ma’rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003)
7. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan Aspiras (2006)
- Aktif menulis dalam berbagai media cetak 1995-sekarang

Biografi Gusdur, Bapak Demokrasi dan Pluralisme

Presiden Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Selain Gus Dur, adiknya Gus Dur juga merupakan sosok tokoh nasional.

Berdasarkan silsilah keluarga, Gus Dur mengaku memiliki darah Tionghoa yakni dari keturunan Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V (Suara Merdeka, 22 Maret 2004).

Gus Dur sempat kuliah di Universitas Al Azhar di Kairo-Mesir (tidak selesai) selama 2 tahun dan melanjutkan studinya di Universitas Baghdad-Irak. Selesai masa studinya, Gus Dur pun pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1971. Gus Dur terjun dalam dunia jurnalistik sebagai kaum ‘cendekiawan’ muslim yang progresif yang berjiwa sosial demokrat. Pada masa yang sama, Gus Dur terpanggil untuk berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Hal ini dilakukan demi menjaga agar nilai-nilai tradisional pesantren tidak tergerus, pada saat yang sama mengembangkan pesantren. Hal ini disebabkan pada saat itu, pesantren berusaha mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah.

Karir KH Abdurrahman Wahid terus merangkak dan menjadi penulis nuntuk majalah Tempo dan koran Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Wahid tinggal bersama keluarganya.

Meskipun memiliki karir yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan pada bisnis Es Lilin istrinya (Barton.2002. Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 108)


Sakit Bukan Menjadi Penghalang Mengabdi

Pada Januari 1998, Gus Dur diserang stroke dan berhasil diselamatkan oleh tim dokter. Namun, sebagai akibatnya kondisi kesehatan dan penglihatan Presiden RI ke-4 ini memburuk. Selain karena stroke, diduga masalah kesehatannya juga disebabkan faktor keturunan yang disebabkan hubungan darah yang erat diantara orangtuanya.

Dalam keterbatasan fisik dan kesehatnnya, Gus Dur terus mengabdikan diri untuk masyarakat dan bangsa meski harus duduk di kursi roda. Meninggalnya Gus Dur pada 30 Desember 2009 ini membuat kita kehilangan sosok guru bangsa. Seorang tokoh bangsa yang berani berbicara apa adanya atas nama keadilan dan kebenaran dalam kemajemukan hidup di nusantara.

Selama hidupnya, Gus Dur mengabdikan dirinya demi bangsa. Itu terwujud dalam pikiran dan tindakannya hampir dalam sisi dimensi eksistensinya. Gus Dur lahir dan besar di tengah suasana keislaman tradisional yang mewataki NU, tetapi di kepalanya berkobar pemikiran modern. Bahkan dia dituduh terlalu liberal dalam pikiran tentang keagamaan. Pada masa Orde Baru, ketika militer sangat ditakuti, Gus Dur pasang badan melawan dwi fungsi ABRI. Sikap itu diperlihatkan ketika menjadi Presiden dia tanpa ragu mengembalikan tentara ke barak dan memisahkan polisi dari tentara.

Setelah tidak lagi menjabat presiden, Gus Dur kembali ke kehidupannya semula. Kendati sudah menjadi partisan, dalam kapasitasnya sebagai deklarator dan Ketua Dewan Syuro PKB, ia berupaya kembali muncul sebagai Bapak Bangsa. Seperti sosoknya sebelum menjabat presiden. Meski ia pernah menjadi Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 38 juta orang. Namun ia bukanlah orang yang sektarian. Ia seorang negarawan. Tak jarang ia menentang siapa saja bahkan massa pendukungnya sendiri dalam menyatakan suatu kebenaran. Ia seorang tokoh muslim yang berjiwa kebangsaan.

“Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”
-Gus Dur- (diungkap kembali oleh Hermawi Taslim)

Dalam komitmennya yang penuh terhadap Indonesia yang plural, Gus Dur muncul sebagai tokoh yang sarat kontroversi. Ia dikenal sebagai sosok pembela yang benar. Ia berani berbicara dan berkata yang sesuai dengan pemikirannya yang ia anggap benar, meskipun akan berseberangan dengan banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas atau mayoritas. Pembelaannya kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu hal yang berani. Reputasi ini sangat menonjol di tahun-tahun akhir era Orde Baru. Begitu menonjolnya peran ini sehingga ia malah dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas daripada komunitas mayoritas Muslim sendiri. Padahal ia adalah seorang ulama yang oleh sebagian jamaahnya malah sudah dianggap sebagai seorang wali.


Karir Organisasi NU

Pada awal 1980-an, Gus Dur terjun mengurus Nahdlatul Ulama (NU) setelah tiga kali ditawarin oleh kakeknya. Dalam beberapa tahun, Gus Dur berhasil mereformasi tubuh NU sehingga membuat namanya semakin populer di kalangan NU. Pada Musyawarah Nasional 1984, Gus Dur didaulat sebagai Ketua Umum NU. Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.

Selama memimpin organisasi massa NU, Gus Dur dikenal kritis terhadap pemerintahan Soeharto. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.

Menjelang Munas 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum Munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto.


Menjadi Presiden RI ke-4

Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.

Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.

Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.


Gus Dur,
Pengabdian Sebagai Presiden RI ke-4

Pasca kejatuhan rezim Orde Baru pada 1998, Indonesia mengalami ancaman disintegrasi kedaulatan negara. Konflik meletus dibeberapa daerah dan ancaman separatis semakin nyata. Menghadapi hal itu, Gus Dur melakukan pendekatan yang lunak terhadap daerah-daerah yang berkecamuk. Terhadap Aceh, Gus Dur memberikan opsi referendum otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dilakukan Gus Dur dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Netralisasi Irian Jaya, dilakukan Gus Dur pada 30 Desember 1999 dengan mengunjungi ibukota Irian Jaya. Selama kunjungannya, Presiden Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.

Sebagai seorang Demokrat saya tidak bisa menghalangi keinginan rakyat Aceh untuk menentukan nasib sendiri. Tetapi sebagai seorang republik, saya diwajibkan untuk menjaga keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia.


Presiden Abdurrahman Wahid dalam wawancara dengan Radio Netherland

Benar… Gus Dur lah menjadi pemimpin yang meletak fondasi perdamaian Aceh. Pada pemerintahan Gus Durlah, pembicaraan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Indonesia menjadi terbuka. Padahal, sebelumnya, pembicaraan dengan GAM sesuatu yang tabu, sehingga peluang perdamaian seperti ditutup rapat, apalagi jika sampai mengakomodasi tuntutan kemerdekaan. Saat sejumlah tokoh nasional mengecam pendekatannya untuk Aceh, Gus Dur tetap memilih menempuh cara-cara penyelesaian yang lebih simpatik: mengajak tokoh GAM duduk satu meja untuk membahas penyelesaian Aceh secara damai. Bahkan, secara rahasia, Gus Dur mengirim Bondan Gunawan, Pjs Menteri Sekretaris Negara, menemui Panglima GAM Abdullah Syafii di pedalaman Pidie. Di masa Gus Dur pula, untuk pertama kalinya tercipta Jeda Kemanusiaan.

Selain usaha perdamaaian dalam wadah NKRI, Gus Dur disebut sebagai pionir dalam mereformasi militer agar keluar dari ruang politik. Dibidang pluralisme, Gus Dur menjadi Bapak “Tionghoa” Indonesia. Dialah tokoh nasional yang berani membela orang Tionghoa untuk mendapat hak yang sama sebagai warga negara. Pada tanggal 10 Maret 2004, beberapa tokoh Tionghoa Semarang memberikan penghargaan KH Abdurrahman Wahid sebagai “Bapak Tionghoa”. Hal ini tidak lepas dari jasa Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional yang kemudian diperjuangkan menjadi Hari Libur Nasional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Dan atas jasa Gus Dur pula akhirnya pemerintah mengesahkan Kongfucu sebagai agama resmi ke-6 di Indonesia.

Selain berani membela hak minoritas etnis Tionghoa, Gus Dur juga merupakan pemimpin tertinggi Indonesia pertama yang menyatakan permintaan maaf kepada para keluarga PKI yang mati dan disiksa (antara 500.000 hingga 800.000 jiwa) dalam gerakan pembersihan PKI oleh pemerintahan Orde Baru. Dalam hal ini, Gus Dur memang seorang tokoh pahlawan anti diskriminasi. Dia menjadi inspirator pemuka agama-agama untuk melihat kemajemukan suku, agama dan ras di Indonesia sebagian bagian dari kekayaan bangsa yang harus dipelihara dan disatukan sebagai kekuatan pembangunan bangsa yang besar.

Dalam kapasitas dan ‘ambisi’-nya, Presiden Abdurrahman Wahid sering melontarkan pendapat kontroversial. Ketika menjadi Presiden RI ke-4, ia tak gentar mengungkapkan sesuatu yang diyakininya benar kendati banyak orang sulit memahami dan bahkan menentangnya. Kendati suaranya sering mengundang kontroversi, tapi suara itu tak jarang malah menjadi kemudi arus perjalanan sosial, politik dan budaya ke depan. Dia memang seorang yang tak gentar menyatakan sesuatu yang diyakininya benar. Bahkan dia juga tak gentar menyatakan sesuatu yang berbeda dengan pendapat banyak orang. Jika diselisik, kebenaran itu memang seringkali tampak radikal dan mengundang kontroversi.

Kendati pendapatnya tidak selalu benar — untuk menyebut seringkali tidak benar menurut pandangan pihak lain — adalah suatu hal yang sulit dibantah bahwa banyak pendapatnya yang mengarahkan arus perjalanan bangsa pada rel yang benar sesuai dengan tujuan bangsa dalam Pembukaan UUD 1945. Bagi sebagian orang, pemikiran-pemikiran Gus Dur sudah terlalu jauh melampui zaman. Ketika ia berbicara pluralisme diawal diawal reformasi, orang-orang baru mulai menyadari pentingnya semangat pluralisme dalam membangun bangsa yang beragam di saat ini.

Dan apabila kita meniliki pada pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa sebagian besar pendapatnya jauh dari interes politik pribadi atau kelompoknya. Ia berani berdiri di depan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang diyakninya benar. Malah sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri. Juga bahkan ketika ia menjabat presiden, sepetinya jabatan itu tak mampu mengeremnya untuk menyatakan sesuatu. Sepertinya, ia melupakan jabatan politis yang empuk itu demi sesuatu yang diyakininya benar. Sehingga saat ia menjabat presiden, banyak orang menganggapnya aneh karena sering kali melontarkan pernyataan yang mengundang kontroversi.

Belum satu bulan menjabat presiden, Gus Dur sudah mencetuskan pendapat yang memerahkan kuping sebagian besar anggota DPR. Di hadapan sidang lembaga legislatif, yang anggotanya segaligus sebagai anggota MPR, yang baru saja memilihnya itu, Gus Dur menyebut para anggota legislatif itu seperti anak Taman Kanak-Kanak.

Selama menjadi Presiden RI itu, Gus Dur mendapat kritik karena seringnya melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga dijuliki “Presiden Pewisata“. Pada tahun 2000, muncul dua skandal yang menimpa Presiden Gus Dur yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei 2000, BULOG melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.

Dua skandal “Buloggate” dan “Brunaigate” menjadi senjata bagi para musuh politik Gus Dur untuk menjatuhkan jabatan kepresidenannya. Pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.

Itulah akhir perjalanan Gus Dur menjadi Presiden selama 20 bulan. Selama 20 bulan memimpin, setidaknya Gus Dur telah membantu memimpin bangsa untuk berjalan menuju proses reformasi yang lebih baik. Pemikiran dan kebijakannya yang tetap mempertahankan NKRI dalam wadah kemajukan berdemokrasi sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila merupakan jasa yang tidak terlupakan.


Hal-Hal Positif dari Gus Dur

All religions insist on peace. From this we might think that the religious struggle for peace is simple … but it is not. The deep problem is that people use religion wrongly in pursuit of victory and triumph. This sad fact then leads to conflict with people who have different beliefs.

Mantan Ketua DPP PKB, Hermawi Taslim yang selama 10 tahun terakhir turut bersama Gus Dur dalam segala aktivitasnya mengungkapkan tiga prinsip dalam hidup Gus Dur yang selalu ia sampaikan kepada orang-orang terdekatnya.

* Pertama : Akan selalu berpihak pada yang lemah.
* Kedua : Anti-diskriminasi dalam bentuk apa pun.
* Ketiga : Tidak pernah membenci orang, sekalipun disakiti.

Gus Dur merupakan salah tokoh bangsa yang berjuang paling depan melawan radikalisme agama. Ketika radikalisme agama sedang kencang-kencangnya bertiup, Gus Dur menantangnya dengan berani. Dia bahkan mempersiapkan pasukan sendiri bila harus berhadapan melawan kekerasan yang dipicu agama. Gus Dur menentang semua kekerasan yang mengatasnamakan agama. Dia juga pejuang yang tidak mengenal hambatan.

Gus Dur dalam pemerintahannya telah menghapus praktik diskriminasi di Indonesia. Tak berlebihan kiranya bila negara dan rakyat Indonesia memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas darma dan baktinya. Layaknya kiranya Gus Dur mendapat penghargaan sebagai Bapak Pluralisme dan Demokratisasi di Indonesia.

Doktor kehormatan dan Penghargaan Lain

Dikancah internasional, Gus Dur banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dibidang humanitarian, pluralisme, perdamaian dan demokrasi dari berbagai lembaga pendidikan diantaranya :

* Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)
* Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
* Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)
* Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
* Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
* Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)


Penghargaan-penghargaan lain:

* Penghargaan Dakwah Islam dari pemerintah Mesir (1991)
* Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah Filipina atas usahanya mengembangkan hubungan antar-agama di Indonesia (1993)
* Bapak Tionghoa Indonesia (2004)
* Pejuang Kebebasan Pers


Selamat Jalan Gus Dur

Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, terutama gangguan ginjal, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur. Gus Dur di makamkan di Jombang Jawa Timur

Selamat jalan Gus Dur. Terima kasih atas pengabdian dan sumbangsihnya bagi rakyat dan bangsa ini. Jasa-jasamu dalam perjuangan Demokrasi dan Solidaritas antar umat beragama di Indonesia tidak akan kami lupakan. Semoga amal-jasa-ibadahnya mendapat tempat yang ‘agung’.

Salam hormat dan turut berbela sungkawa,
ech-wan, 30 Desember 2009

Referensi utama : wikipedia —- gusdur.net —-kompas — 3 Prinsip Hidup Gus Dur-