YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Jumat, 31 Desember 2021

Ijazah Supaya Cerdas

Amlaiah Ijazah Kecerdasan Fikiran
IJAZAH AGAR CERDAS, KUAT INGATAN DAN MUDAH MENGHAFAL

 HABIB HUD ALATAS

 Kadang suatu ilmu susah nempel di benak kita, atau seorang anak atau pelajar susah menghafal, sebentar2 lupa. Maka selain dibarengi giat belajar, Sayyidina Qutbil Wujud AlHabib Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid (Simthudduror) mengajarkan:

 Yaitu meletakkan tangan kanan di atas kepala setiap kali selesai sholat sambil membaca ayat Al A'la (Sabbihisma) dari awal dan ketika sampai pada ayat ke-6 "sanuqriuka fala tansaa"

 سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰ

 di ulang 7X dan lanjut kan hingga selesai surah.

Kemudian di tambah ayat dibawah ini:

 فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَع َ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ

 "FA FAHHAMNAAHAA SULAIMAANA WA KULLAN ATAYNAA HUKMAN WA 'ILMAN WA SAKHKHORNAA MA'A DAAWUUDAL JIBAALA YUSABBIHNA WAT THOIIR" (1x).

 Jika di terapkan utk anak yg blm bisa baca maka orang tuanya yg baca, sambil tangan kanan nya diletakkan pada kepala si anak, maka insyaallah akan memiliki kemampuan mudah menyerap ilmu, gampang menghafal dan kita atau anak kita menjadi cerdas.

Wallahu a'lam insyaallah bermanfaat...

Allahumma sholli ala sayyidina muhammad nabiyyil umiyyi waala alihi washohbihi wasalim,.

 Kadang suatu ilmu susah nempel di benak kita, atau seorang anak atau pelajar susah menghafal, sebentar2 lupa. Maka selain dibarengi giat belajar, Sayyidina Qutbil Wujud AlHabib Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid (Simthudduror) mengajarkan:

 Yaitu meletakkan tangan kanan di atas kepala setiap kali selesai sholat sambil membaca ayat Al A'la (Sabbihisma) dari awal dan ketika sampai pada ayat ke-6 "sanuqriuka fala tansaa"

 سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰ

 di ulang 7X dan lanjut kan hingga selesai surah.

Kemudian di tambah ayat dibawah ini:

 فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَع َ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ

 "FA FAHHAMNAAHAA SULAIMAANA WA KULLAN ATAYNAA HUKMAN WA 'ILMAN WA SAKHKHORNAA MA'A DAAWUUDAL JIBAALA YUSABBIHNA WAT THOIIR" (1x).

 Jika di terapkan utk anak yg blm bisa baca maka orang tuanya yg baca, sambil tangan kanan nya diletakkan pada kepala si anak, maka

Jumat, 17 Desember 2021

Lirboyo dan doktrin teroris

Lirboyo dan Tiga Alasan Mengapa Santri Tidak Bisa Didoktrin Menjadi Teroris

Oleh: Rijal Mumazziq Z

Semalam, saya mendampingi para santri Lirboyo diskusi tentang media sosial sebagai lahan dakwah. Diskusi sejak pukul 21.30 hingga berakhir pada 00.15 WIB.

Saya senang mengunjungi Lirboyo, tempat kakek saya dulu mondok di bawah asuhan KH. Abdul Karim, walaupun tidak lama. Ketika sudah mendampingi masyarakat, Mbahkung saya menggunakan Hizb Nashr untuk membubarkan warung remang-remang. Tidak ada kekerasan, hanya lelaku ruhaniah. Tapi amalan tersebut efeknya dahsyat. "Warung pangku" itu bubar, germonya malah kemudian nyantri ke mbahkung.

Jadi, semalam, saya hanya menyambungkan kembali alaqah ruhaniah dengan almamater kakek saya. Bukti bahwa sabda Rasulullah, al-arwah junudun mujannadah, benar adanya.

Terkait Lirboyo, saya punya pengalaman menarik. Kalau tidak salah, saat itu tahun 2006, saya bersama Ustadz Fathul Qodier  (Aswaja Center PWNU Jatim) berjualan buku di gawe besar di Lirboyo. Ketua panitianya Mas Emha Nabil Haroen, ketua Pagar Nusa sekarang.

Saat itu, tidak jauh dari lapak saya, ada beberapa kawan komunitas Salafi yang juga jualan buku,  produk herbal, dan VCD. Karena jualan buku non-keilmuan pesantren, jualannya tidak selaris kami, tentunya, tapi mereka pede dan bersemangat.

Agar banyak pengunjung, dua mahasiswa ITS ini kemudian memutar VCD serial jihad. Tayangan pengeboman bunuh diri dan pertempuran di Chechnya (Commander Khattab dan Syamil Basayev dll), Iraq (Abu Mushab Azzarqawi), dan Afganistan (Usamah bin Laden, Ayman Azzawahiri, dan Mullah Omar). Beberapa video  perjuangan intifadah di Palestina, juga ditayangkan. Para santri berkerumun, menonton dengan asyik serta bersorak sorai tatkala truk berisi bom meledak dan memporak-porandakan musuh, ketika bidikan sniper membabat kepala musuh, maupun tatkala adegan pertempuran direkam secara langsung.

Apakah setelah tayangan kekerasan bernama jihad ini para santri Lirboyo tertarik memborong VCD tersebut? Tidak. Apakah dari para penonton santri ini kemudian ada yang tertarik berjihad di luar negeri? Tidak. Mereka menonton, bersorak, buyar, lalu kembali asyik masyuk dengan kajian keilmuan di kamar masing-masing. Mereka kembali lagi menonton video tersebut setelah menyelesaikan ngaji sorogan (tutorial), maupun bandongan (seminar) kepada gurunya masing-masing. Hal ini terus berulang.

Para santri ini tidak terpengaruh dengan indoktrinasi terselubung yang dijajakan sahabat saya yang—dari diskusi dengan mereka–bersimpati kepada al-Qaidah. Mereka menonton aksi heroik, sesekali ikut bertakbir, tapi tidak terpancing.

Selepas itu, mereka kembali ke kehidupan sehari-hari. Ya ngaji, wirid, dan ini yang paling penting..... bercanda. Guyon. Saling berbagi humor. Cerita lucu. Joke memang efektif melepas penat, mengurai stres, dan menjadi sarana menjalin keakraban. Humor itu manusiawi. Maka, ketika propagandis teroris menjalankan misinya, yang dimatikan pertama kali adalah unsur humornya. Sensitivitas humor ini dibunuh, diganti doktrin teror. Maka, monster baru pun lahir.
****
Lantas, mengapa jarang dijumpai alumni pesantren salaf yang berafiliasi ke Aswaja Annahdliyyah ala NU yang terpancing dengan video-video “jihad” tersebut?

Pertama. Kurikulum di pesantren. Para santri ini juga mempelajari kajian fiqh siyasah dan fiqh jihad, misalnya, setelah melalui kajian fiqh thaharah, fiqh ibadah, fiqh muamalah dan fiqh munakahat.

Sebatas pengetahuan saya, dalam kurikulum di pesantren, bab jihad dikaji dengan tetap menyertakan konteks. Ibarat jurus pamungkas, kajian jihad dikaji dengan menyertakan fadhilah dan illat (legal ratio) tindakan tersebut. Misalnya, ketika mengkaji peristiwa Perang Badar dan berbagai ekspedisi militer Rasulullah, Perang Salib, jihadnya para pahlawan nasional, hingga Resolusi Jihad 1945, maka para ulama pesantren menyertakan pula alasan-alasan rasional yang menyertainya. Ibarat dokter, mereka bisa menjelaskan jenis penyakit, pola penanganannya, dosis obatnya serta kondisi fisik pasien.

Para ulama pesantren tetap membahas jihad dan fadhilahnya dengan berbagai tinjauan. Sebab, kalau muatan keilmuan ini tidak dibahas alias dihilangkan, dikhawatirkan para santri malah belajar kepada figur yang tidak tepat. Kalau sudah salah berguru, bisa berbahaya.

Di beberapa negara timur tengah, kabarnya, ada negara yang demi stabilitas nasional tidak memperbolehkan kajian mengenai jihad. Dampaknya, generasi muda yang bersemangat malah belajar topik ini secara diam-diam dan dari figur yang “keras” dan ekstrem. Akhirnya, bibit-bibit pemberontak tumbuh atas nama jihad.

Kedua, di banyak pesantren NU, mereka diajari untuk mencintai tanah airnya. Mereka menganggap apabila Nusantara/Indonesia adalah Ibu Pertiwi yang harus dijaga. Mereka menilai apabila Indonesia adalah sebuah rumah yang dicintai dalam suka-duka dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Ini berbeda dengan beberapa kajian di kelompok lain yang melihat Indonesia bukan sebagai Ibu Pertiwi, melainkan sebagai Bumi Jihad maupun Darul Harb. Anggapan ini berpotensi meledakkan kesadaran untuk melakukan tindakan kekerasan atas nama jihad fi Sabilillah.

Ketiga, koneksi antar jejaring para ulama. Sebelum memutuskan apakah sudah saatnya berjihad fi Sabilillah, biasanya para ulama melakukan istikharah dan musyawarah terlebih dahulu. Kalau sudah ada “isyarat langit” dan syarat jihad terpenuhi, maka komando jihad bisa dilaksanakan serentak. Hal ini, misalnya, terbukti dalam Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang berdampak pada peristiwa 10 November 1945 hingga Palagan Ambarawa di Semarang. Dengan demikian, jejaring para ulama bukan hanya berkorelasi di bidang keilmuan saja, melainkan juga pada aspek perjuangan keislaman dan kebangsaan. Apabila para ulama yang tergabung dalam jejaring ini bilang A, maka santri pun akan mengiyakan.

***

Saya kira, tiga hal di atas itulah yang menjadi alasan mengapa ketika disodori video jihad di daerah konflik, para santri tidak lantas tergerak bersemangat berangkat ke “Medan Jihad”. Mereka memilih melakukan jihad ilmiah melalui ngaji, ngaji, dan ngaji.

Dari sini saya teringat apa yang dikatakan oleh KH. A. Wahid Hasyim ketika mendesak Jepang agar membentuk Hizbullah. Pada awalnya, ketika Dai Nippon terdesak di palagan Pasifik, mereka berniat menambah stok pasukan pertahanan selain PETA. Jepang melirik pesantren, sebab stok pemuda di situ banyak dan sewaktu-waktu bisa dikirim ke Medan tempur di luar Indonesia atas nama “jihad”.

Melihat hal ini Kiai Wahid Hasyim menolak. Alasannya, daripada mereka bikin repot tentara Jepang profesional di medan tempur di kawasan Pasifik–karena santri ini minim pengalaman–lebih baik mereka dilatih untuk menjaga rumahnya. Mereka akan bersemangat dan siap mati jika dilatih mempertahankan rumah dan wilayahnya. “Rumah” inilah yang secara tersirat disebut Kiai Wahid sebagai Indonesia yang bakal merdeka.

Dengan demikian, santri adalah “sel tidur” Mujahidin paling potensial. Hari ini, mereka bergerak dalam diam dalam ruang kajian ilmiah. Namun, mereka akan pasang badan mempertahankan rumah bernama Indonesia. Sebab, mereka dididik untuk mencintai Islam dan tanah airnya.

Wallahu A'lam Bisshawab

Sabtu, 11 Desember 2021

KENAPA NABI I!BRAHIM ADA DITAHIYAT AKHIR

Surat Al-Baqarah Ayat 129

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Surat Asy-Syu'ara' Ayat 84

وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ


*KENAPA DALAM SALAT KITA SELALU BACA SALAWAT UNTUK NABI IBRAHIM ALAIHISSALAM*


Saat ngaji di Masjid Ar Roudloh Tugu, Sabtu (27/11/2021), Rois Syuriyah MWC NU Kecamatan Jombang yang juga Pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas, KH Ahmad Hasan, menjelaskan alasan kita tiap salat membaca salawat kepada Nabi Ibrahim alaihissalam.

Saat tahiyat akhir salat, kita pasti membaca salawat untuk Nabi Muhammad sollallahu alaihi wa sallam.

Juga untuk Nabi Ibrahim alaihissalam.

Kenapa kok hanya Nabi Ibrahim yang namanya diikutkan dalam salawat itu?

"Penyebabnya ada tiga," kata Kiai Hasan.

Pertama, karena Nabi Ibrahim alaihissalam mendoakan agar Allah subhanahu wa ta'ala mengutus Nabi Muhammad sollallahu alaihi wa sallam.

Doa Nabi Ibrahim itu diabadikan dalam QS Albaqarah 129.

Kedua, Nabi Ibrahim alaihissalam selalu berdoa agar punya nama harum di kalangan umat-umat setelah nya.

Doanya diabadikan dalam QS Asy Syuara 84.

Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang.

Manusia mati meninggalkan nama.

Nabi Ibrahim alaihissalam sukses meninggalkan nama harum.

Ketiga, saya lupa.. hehehe

Tapi saya ingat Mbah Bolong pernah menyampaikan.

 Nabi Ibrahim alaihissalam kita kirimi salawat tiap salat karena beliau sedekah kepada kita.

Alkisah, Nabi Ibrahim alaihissalam berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar bisa sedekah kepada umat-umat setelah nya.

Allah subhanahu wa ta'ala lalu memberi nya kristal dari surga.

Nabi Ibrahim alaihissalam diminta naik gunung kemudian menyebar nya.

Kristal-kristal itu lalu jatuh ke laut menjadi garam.

Garam yang kita konsumsi tiap hari merupakan sedekah nya Nabi Ibrahim alaihissalam..

Kita membalas sedekah itu dengan mendoakan Nabi Ibrahim alaihissalam tiap salat.

Rasulullah Muhammad sollallahu alaihi wa sallam menganjurkan agar kita selalu mendoakan orang yang sedekah pada kita.


Mugi Allah subhanahu wa ta'ala paring kita saget meniru Nabi Ibrahim alaihissalam..

Kamis, 09 Desember 2021

KERAJAAN ARAB SAUDI

KERAJAAN ARAB SAUDI

Penulis : Von Edison Alouisci. 

Ketahuilah bahwa sebelum negara Saudi Arabia (badwi najd wahabi) sekarang ini berdiri tegak, para Sultan Hijaz (Arab) adalah para Habaib / Syarif / Sayyid / keturunan Nabi Muhammad SAW. 

Berikut data - datanya, untuk lebih jelas urutan kekhalifahan tanah Hijaz :
 
 1. Muhammed Abu-Jafar Al-Thalab (The fox) (967–980). 
 2. Sharif Essa (980–994).    
 3. Sharif Abu Al-Futooh (994–1039). 
 4. Sharif Shukrul-Din (1039–1061).
 5. Abul-Hashim ibn Muhammed (1061–1094). 
 6. Ibn Abul-Hashim Al-Thalab (1094–1101). 
 7. Qatada ibn Idris al-Alawi al-Hasani (1201–1220). 
 8. Ibn Qatada Al-Hashimi (1220–1241). 
 9. Al-Hassan Abul-Saad (1241–1254). 
10. Muhammed abul-Nubaj (1254–1301). 
11. Rumaitha Abul-Rada (1301–1346). 
12. Aljan Abul-Sarjah (1346–1375). 
13. Al-Hassan II (1394–1425). 
14. Barakat I (1425–1455). 
15. Malik ul-Adil ibn Muhammed ibn Barakat (1455–1497).
16. Barakat II bin Muhammed (Barakat Efendi) (1497–1525).
17. Muhammed
Abul-Nubaj bin Barakat (1525–1583).
18. Al-Hassan bin Muhammad Abul-Nubaj (1583–1601). 
19. Idris bin Al-Hassan (1601–1610).
20. Muhsin bin Hussein (1610–1628).
21. Ahmed bin Talib Al-Hasan (1628–1629). 
22. Mas'ud bin Idris (Mas'ut Efendi) (1629–1630). 
23. Abdullah bin Hassan (1630–1631).
24. Zeid bin Muhsin (1631–1666).
25. Sa'ad bin Zeid (1666–1667). 
26. Muhsin bin Ahmed (1667–1668).
27. Sa'ad bin Zeid (1668–1670). 
28. Homud bin Abdullah bin Al-Hasan (1670–1670). 
29. Sa'ad bin Zeid (1670–1671).
30. Barakat bin Muhammed (1672–1682).
31. Said bin Barakat (1682–1683). 
32. Ibrahim bin Muhammed (1683–1684). 
33. Ahmed bin Zeid (1684–1688).
34. Ahmed bin Ghalib (1688–1689). 
35. Muhsin bin Ahmed (1689–1691).
36. Said bin Sa'ad (1691–1693).
37. Sa'ad bin Zeid (1693–1694). 
38. Abdullah bin Hashim (1694–1694).
39. Sa'ad bin Zeid (1694–1702).
40. Said bin Sa'ad (1702–1704).
41. Abdulmuhsin bin Ahmad (1704–1704). 
42. Abdulkarim bin Muhammed (1704–1705). 
43. Said bin Sa'ad (1705–1705) 
44. Abdulkarim bin Muhammed (1705–1711). 
45. Said bin Sa'ad (1711–1717). 
46. Abdullah bin Said (1717–1718). 
47. Ali bin Said (1718–1718). 
48. Yahya bin Barakaat (1718–1719). 
49. Mubarak bin Ahmad (1719–1722). 
50. Barakaat bin Yahya (1722–1723). 
51. Mubarak bin Ahmad (1723–1724).
52. Abdullah bin Said (1724–1731). 
53. Muhammed bin Abdullah (1731–1732). 
54. Mas'ud bin Said (1732–1733).
55. Muhammed bin Abdullah (1733–1734).  56. Mas'ud bin Said (1734–1759).
57. Ja'far bin Said (1759–1760).
58. Musa’ed bin Said (1760–1770).
59. Ahmad bin Said (1770–1770).
60. Abdullah bin Hussein (1770–1773). 
61. Surour bin Musa’ed (1773–1788).
62. Abdulmuin bin Musa’ed (1788–1788). 
63. Ghalib Efendi bin Musa’ed (1788–1803). 
64. Yahya bin Surour (1803–1813).
65. Ghalib Efendi bin Musa’ed (1813–1827). 
66. Abdulmutalib bin Ghalib (1827–1827).
67. Muhammed bin Abdulmuin (1827–1851). 
68. Abdulmutalib bin Ghalib (1851–1856). 
69. Muhammed bin Abdulmuin (1856–1858). 
70. Abdullah Kamil Pasha (1858–1877).
71. Hussein bin Muhammed (1877–1880).
72. Abdulmutalib bin Ghalib (1880–1882).
73. Aun Al-Rafiq Pasha (1882–1905).
74. Ali Abdullah Pasha (1905–1908).
75. Hussein bin Ali Pasha (1908–1916). 
76. Ali Haidar Pasha (1916–1917).
77. King Hussein bin Ali (1917–1924). 
78. King Ali bin Hussein (1924–1925) >> >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

*TERPUTUS*

King Ali bin Hussein dikhianati oleh Ibnu Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab dari Najdi (pendiri faham Wahabi Salafi). Keduanya bekerjasama dengan British (Inggris) dalam upaya perebutan kekuasaan. 

Putra tertua Muhammad ibn Sa`ud, Abd al-Aziz ibn Sa`ud dinikahkan dengan putri al-Wahab. Muhammad ibn Abd al-Wahhab mulai menyebarkan ajarannya di masyarakat Dir`iyyah dan yang malas mengikuti pengajiannya disuruh membayar denda atau mencukur jenggot. Dinasti Sa`ud-Wahhabi pun terbentuk, demikian pula dinasti yang nanti menjadi penguasa Sa`udi Arabia (Allen, 2006: 52). . 

Peran seorang mata - mata Inggris, Hempher, terhadap Muhammad bin Abdul Wahab telah diberitakan pula dalam sebuah *kitab berjudul “Mir’at al-Haramain”, yang terbit kurang lebih 120 tahun yang lalu.* 

Dalam buku ini diberitakan bahwa pada 1125 H (1713 M), Muhammad bin Abdul Wahab bertemu Hempher di Basrah. Kemudian terjalinlah persahabatan di antara keduanya. Peran Hempher sangat besar dan vital dalam gerakan Muhammad bin Abdul Wahab pendiri faham Wahabi tersebut. Dan seterusnya. 
[Ayyub Sabri Pasya, Mir’at al-Haramain, Istanbul, terbit tahun 1888 M] . 

Kemenangan Ibn Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab di jazirah Arab ini, membuat Kesultanan Ottoman Turki berubah menjadi dinasti Saud, dengan mengganti syariat islam dengan doktrin ajaran Wahabi yang tidak pernah di jalankan pada masa kesultanan Turki Usmani yang sah dan mengubah wilayah hijaz menjadi nama SAUDI ARABIA, di ambil dari nama Ibnu Saud.  >>>>>>>>>>>>>> 

*BERDIRILAH negara wahhabi pertama (1745-1818)*
Namun gagal karna banyak pembela kesultanan yang sah memberontak. 
Baru kemudian negara wahabi (Saudi) tahap ke kedua (1824-1891) berdiri berkat bantuan Inggris dan beberapa kelompok yahudi hingga sekarang. Dengan banyak sekali penghancuran peradaban islam oleh wahabi salafi, yang menuai protes luas di seluruh penjuru dunia. 

Terputusnya kesultanan Turki Usmani yang sah ini, otomatis wilayah Hijaz jatuh ketangan dinasti Ibnu Saud.

Dan sebuah fakta nyata, sejak paham wahabi salafi yang menjadi mascot trah dinasti Saud, sebagai imbal jasa Muhammad bin Abdul Wahab yang membantunya merebut kekuasaan.. Sampai pada saat ini.. Wahabi salafi tidak pernah bisa menjadi nomor satu di dunia, karena jelas ajaran yang di bawa sama sekali tidak sesuai ijma' ulama kebanyakan bahkan bertolak belakang dengan seluruh kesultanan hijaz sebelumnya (Turki Usmani), yang menganut paham sunni / aswaja (aswadul adzom). 

 Suni / aswaja sebagai al jama`ah adalah perintah Rasulullah dan adalah kewajiban bagi umat islam mengikutinya.
Dan sebuah perintah Rasulullah adalah sunnah, dimana pengikutnya sudah jelas menjalankan salah satu sunnah dari sekian banyak sunnah - sunnah Rasulullah dan semua sultan hijaz dari keturuan Rasulullah adalah aswadul a'dzom /al jama`ah dan sama sekali tidak berpijak pada landasan wahabi salafi, dimana faham wahabi lebih mudah berkata bid`ah, syirik dan saling mengkafirkan sesama muslim (menyerang sesama Muslim dari dalam dengan alasan Pemurnian Islam).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

. “إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ” . “

*Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“.*
(HR. Tirmidzi: 2168). 

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas pemahaman kaum muslim)“ . 

Aswaja / Sunni adalah pengikut sanad. Artinya apa yang dipahami diambil dari sumber sumber ulama bersanad, berkesinambungan, saling terkait, pemahaman yang tidak terputus sampai kepada Rasulullah. 

*Pemurunian Islam itu sesungguhnya dengan sanad.*

Apa yang diperbuat Rasulullah juga dilakukan oleh para sahabat, diteruskan oleh tabi'in, dilanjutkan oleh tabi'ut tabi'in dan seterusnya, adalah mata rantai berurutan, yang tidak berubah hingga sampai kepada ulama Aswaja / Sunni sekarang ini. Itu yang disebut sanad, dimana pemahamannya tetap sebagaimana aslinya sekalipun itu urusan bid`ah, syirik dan perkara kafir. 

Bagi Aswaja /sunii tentu saja hal ini jauh lebih baik dalam memahami syariat ajaran islam karna tidak di kotori oleh pendapat pendapat, dalil - dalil akal perseorangan atau kelompok, melainkan seluruh sudut pandang ulama yang terkait sanad yang ilmunya adalah sebuah mata rantai besar yang pada akhirnya berujung pada sunnah - sunnah Rasulullah, yang dipahami dengan cara yang tidak keliru dan tetap original. 

Ini lah yang sebenarnya yang disebut Pemurnian Islam sesungguhnya, dan tentu berbeda dengan istilah "Pemurnian Islam" ala wahabi salafi yang sama sekali tidak punya sanad. 

Berkata Imam Syafi'i RA, “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” 
(Faidhul Qadir juz 1 hal 433). 

Berkata pula Imam Atsauri : 
“Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”.

Berkata pula Imam Ibnul Mubarak : 
“Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya".

*Sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad* 
(Faidhul Qadir juz 1 hal 433). 

*Sedikit renungan: Apakah Anda hanya sebatas mengetahui beberapa ilmu pengetahuan tanpa bimbingan guru, cukup dengan modal baca buku atau cukup mengandalkan google, yahoo ??*

Dunia internet hanya tambahan, hanya seumpama ladang luas sebagai media pengetahuan secara umum. Namun dalam banyak hal secara realita nyata, maka seorang pembimbing dan ahli agama bersanad yang duduk dihadapan kita itu lebih baik dan lebih jelas dalam memahami syariat islam.

Maka kaum sunni /aswaja menekankan anak - anaknya masuk pondok pesantren dan ditambah pendidikan formal di universitas yang jelas, sebagaimana petunjuk gurunya pondoknya agar tidak salah memilih universitas mana yang pantas dan relevan, sebagaimana ajaran islam di pondokan. Sinkron. 

ini pentingnya sanad ilmu yang jelas. 

Mari kita sama - sama mengkaji diri, jadikan akal untuk mengendalikan hawa nafsu. Bukan nafsu yang mengendalikan akal sehat. Dan adalah suatu kewajiban bagi umat muslim untuk saling mengingatkan. Dan jangan berfikir dangkal jika di ingatkan justru dianggap mencari kesalahan, membuat permusuhan. Atau bahkan dikatakan memecah umat.

Yang haq adalah haq dan yang bathil tetaplah bathil, apapun alasannya. 

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi kita semua dalam memahami ajaran islam yang benar dan di ridho'i Allah dan Rasulullah. 
Dan silahkan jika anda mau mencaci maki penulis. 
Dan jawaban penulis sederhana saja. 
Allah itu tidak pernah lalai akan perbuatan hambaNya kala terang dan kala tersembunyi. Baik dunia maya dan dunia nyata, baik yang terlihat oleh orang lain atau tidak. Baik yang samar atau jelas.

Semua akan ada balasannya. Semua dicatat secara lengkap yang kelak akan diterima apakah catatan itu ditangan kiri atau ditangan kanan.. 

اللَّـﮬـُمَّ صـَلِِّ ؏َـلٰے سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ؏َـلٰے اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ

Semoga berkah Rasululloh ﷺ, berkah bacaan Sholawat, Berkah para Waliyullah, Berkah orang2 Sholih, semoga kita semua di beri sehat lahir batin, panjang umur barokah umur, tambah ilmu barokah ilmu, banyak rejeki barokah rejeki, bahagia dan selamat dunia akhirat, Khusnul khotimah mati iman sempurna, masuk syurga bighoiri hisab mendapat SYAFAAT dari RASULULLAH ﷺ
AAMIIN...... YA ALLAH......

Mari kita selalu ISTIQOMAH memperbanyak SHOLAWAT 1.000 kali lebih setiap harinya, lebih2 di malam / hari Jum'at.

اَللّٰـــــــــهُمَّ صَلِّ عَلٰے سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰے أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِے الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ وَفِےالْمَلٓاءِ الْأَعْلَے إِلَے يَوْمِ الدِّيْنِ

Minggu, 05 Desember 2021

ILMU LIPAT BUMI DAN WAKTU

QS Al Kahfi 10

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

*ILMU LIPAT BUMI & WAKTU*


Saat ngaji dalam rutinan Ikalum Bogor, Jumat (27/8/2021), Pengasuh PP HQ Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, DR KH Afifuddin Dimyati Alhafid (Gus Awis) yang kini masuk jajaran syuriyah PBNU, berpesan agar tiap hari menyempatkan waktu baca Quran.

"Jangan dikira membaca Alquran itu menghabiskan waktu. Justru membaca Alquran itu membuat waktu yang sempit menjadi panjang. Yang mestinya hanya bisa menyelesaikan pekerjaan sedikit, menjadi banyak," tuturnya.

Dengan membaca Alquran, waktu kita akan semakin berkah.

Tanpa membaca Alquran, dalam waktu satu jam kita hanya bisa menyelesaikan pekerjaan satu.

Dengan membaca Alquran, dalam waktu satu jam kita bisa menyelesaikan pekerjaan hingga dua kali lipat. Bahkan tiga kali lipat.

Saya langsung deg mendengar nya.

Saya ingat-ingat, kayaknya pernah beberapa kali membuktikan nya.

Alhamdulillah tiap habis Asar, saya mengamalkan ijazah KH Nurul Huda Jazuli Ploso Kediri membaca surat waqiah tiga kali.

Kala mengamalkan nya, biasanya habis Magrib kerja an sudah selesai.

Ketika tak mengamalkan nya, sampai habis isya biasanya pekerjaan belum kelar. 

Padahal dengan tidak membaca tadi, harapan nya, bisa berangkat lebih awal. Sehingga kerjaan bisa selesai lebih awal. 

Eh ternyata, justru malah molor.

Sejak itu, saya lebih disiplin mengamalkan nya.

Pesan nya  H Karim, wakil ketua Bidang Kaderisasi PC GP Ansor yang juga salah satu komandan Banser Jombang, yang alumnus PP Ploso; karena ijazahnya baca Waqiah tiga kali, ya harus istiqomah tiga kali.

Jangan sampai karena kesibukan, kemudian hanya membaca satu kali.

Almarhum KH Sahlan, Katerban, Pulorejo, Ngoro, pernah cerita. Gus Dur itu punya ilmu lipat bumi. 

Perjalanan yang mestinya harus ditempuh beberapa jam, bisa ditempuh hanya dalam waktu beberapa menit.

Sehingga diundang kemanapun bisa selalu hadir. Walaupun jaraknya berjauhan. Dan waktu nya berdekatan.

Amalan Gus Dur sehingga bisa melipat bumi, kata Kiai Sahlan, juga dari Quran.

Yakni Quran Surat Alkahfi 10 diatas.

Saat telat berangkat kerja, saya pun biasa mengamalkan nya.

Walaupun tetap telat, minimal gak sampai dimarahi... hehehe

Mungkin ini berguna bagi para suami. Yang malam Jumat nya harus menggilir beberapa tempat.  

Dalam jarak yang jauh. Dan dalam waktu yang berdekatan..