YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Jumat, 27 November 2020

Langkah jokowi merubah MUI



```Terjawab Sudah kenapa ketika HRS kembali dari Saudi malah dijaga ketat sampai kepulangannya rupanya Presiden Ingin menarik Garis yang cantik dan memukul lawan tanpa bisa berkutik lagi kuncinya adalah di MUI Karena HRS yang diikuti para politisi oportunis selalu menggembar gemborkan diri Atas nama Ulama.

MUI sudah menyelesaikan Munas ke 10 ditandai dengan Berbagai perubahan platform bahkan penggantian Ketua Umum tentunya yang paling menggembirakan tak ada satupun tokoh 212 dan politisi masa lalu seperti Dien Samsudin walaupun masih ada Pimpinan garis keras tapi ketua umum MUI Kali ini adalah tokoh NU kharismatik.

 Walaupun MUI yang seharusnya menjadi organisasi yang selalu mendukung pemerintah selama lima tahun terakhir menjadi organisasi yang cukup liar Karena semenjak Orde baru hingga masa reformasi organisasi ini selalu menjadi alat kompromi politik kekuatan - kekuatan lama untuk mengembalikan Fasisme di Indonesia , Kita tau sebelumnya bahwa Islam di Indonesia dikenal sebagai Wasathiyatul Islam atau Islam yang moderat yang selama ini menjadi platform NU.

Pada dasarnya sejak dahulu hanya ada dua organisasi besar di Indonesia yang mewarnai Perjalanan Republik Indonesia NU dan Muhammadiyah bahkan Muhammadiyah adalah organisasi Islam  yang menjadi cikal bakal lahirnya organisasi Islam lainnya bahkan organisasi politik pergerakan di Indonesia. 

Untuk mempersingkat penjelasan hal yang tak bisa dipungkiri dari fakta sejarah adalah , Bung Karno, Muso dan Soekarmadji Kartosuwirjo adalah sama-sama aktivis Muhammadiyah sewaktu muda tapi mereka mempunyai Ideologi yang berbeda dikemudian hari, bung Karno menjadi seorang nasionalis bahkan cenderung menjadi seorang NU dan bersama-sama tokoh NU menggali Pancasila , Muso menjadi seorang komunis dan Soekarnadji Kartosuwirjo menjadi seorang tokoh NII dan DI / TII . yang pada akhirnya Muso dan Kartosuwirjo meninggal dieksekusi dan dianggap pengkhianat Negara. Melihat hal tersebut cukup Kiranya menjadi bukti bahwa Wasathiyatul Islam  adalah islam yang memang platform Islam terbaik di Indonesia.

 Jika Muhammadiyah akhirnya merupakan organisasi yang lebih mengutamakan pendidikan , NU  lebih konsisten menegakkan Wasathiyatul Islam  dengan bergerak menjaga agar islam tidak terganggu oleh terorisme dan menjaga nasionalisme, Pancasila  dan  budaya leluhur.  Hal ini dibuktikan oleh NU dengan Fatwa K H. Hasyim Asy'ari pada hari Pahlawan 10 Nopember 1945 mengobarkan perlawanan rakyat menghadapi Agresi militer Belanda yang fatwanya justru didukung oleh tokoh lintas Agama yang ada di Indonesia.

Bisa dikatakan dua kelompok ini  secara alamiyah membentuk harmonisasi kehidupan masyarakat Indonesia sejak bertahun -tahun yang lalu, Muhammadiyah memberikan pendidikan islam secara moderat dan NU menjaga Akhlaqul Kharimah dan menjaga  Wasathiyatul Islam untuk kehidupan yang lebih harmonis dalam berbangsa dan bernegara. Walaupun akhir-akhir ini Muhammadiyah Banyak kemasukan angin dari para oportunis politik.itu karena platform mereka yang lebih cenderung ke pendidikan berbeda dengan NU yang hingga ukuran akhlak.

MUI didirikan Pemerintah Orde Baru sebagai corong Pemerintah setelah dua Ormas Islam besar NU dan Muhamadiyah dilarang untuk berpolitik. Dan alat rujukan atau legitimasi .Tujuannya adalah membuat pemetaan Islam agar sesuai dengan keinginan pemerintah mengendalikan Islam, sejak Itu banyak Fatwa yang beredar baik yang bertujuan politik maupun komersial seperti sertifikat halal 

Ada Hal yang sulit dilupakan oleh umat islam pada Generasi Orde Baru dimana pada Tahun 1985 Pemerintah menerbitkan kupon undian berhadiah  yang tujuannya untuk membiayai bidang Olah raga dari undian ini Juga berhadiah  dinamakan Porkas, ketika Itu semua organisasi Islam Melarang terutama NU dan Muhammadiyah.

Begitu gencarnya permintaan fatwa tentang porkas ini, tetapi fatwa itu tak kunjung dikeluarkan.
Malah sebaliknya, Ketua Komisi Fatwa MUI, Ibrohim Hosen mengeluarkan pernyataan bahwa undian Porkas bukan perjudian, dengan alasan antara pembeli kupon dan penyelenggaranya tidak berada dalam satu majlis dalam satu waktu.

Meskipun pernyataannya itu disertai pernyataan bahwa pendapatnya itu adalah pendapat pribadi, tetapi kedudukannya sebagai ketua komisi fatwa menyebabkan masyarakat menganggapnya sebagai pendapat dan fatwa MUI. (Acehtrend 12 2018)

Walaupun pada akhirnya keluar fatwa dan Porkas dilarang , tapi pemerintah sudah mendapatkan sumber keuangan dari Porkas . Sebuah konsep efektif untuk melegalkan tindakan Haram apabila dibutuhkan dalam suatu waktu. Tapi duitnya gak Haram kan? 🤣🙏

Begitu juga langkah Orde Baru dalam menerapkan azas Tunggal Pancasila dengan menindas umat islam di Indonesia MUI sama sekali tidak ada perannya kecuali melegalkan semua tindakan pemerintah.

Bahkan pada Masa reformasi MUI digunakan oleh para politisi dan pengikut Orde Baru untuk berpolitik praktis (bahkan sukses menjadikan ketuanya menjadi Wakil Presiden 🙈🙈🙈),  memberi fatwa haram untuk lawan politik dan  mengimpor faham yang bersebrangan dengan Islam yang mengadopsi budaya Indonesia , seperti  HTI dan Islam dari tanah Arab yang menolak budaya nasional tak lain hanya bertujuan membentuk opini bahwa MUI dan  orde baru selalu benar dan menutupi sejarah kebohongannya.🙏

Pada saat pembukaan Munas MUI ke 10  Jokowi bicara soal dakwah Islam yang damai dan tidak menebar kebencian.

Hal itu disampaikan Jokowi melalui rekaman video yang ditayangkan dalam Munas MUI. Jokowi awalnya menyampaikan terima kasih kepada jajaran pengurus MUI yang menjadi penghubung ulama dengan pemerintah.

"Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran pengurus MUI pusat dan daerah di Indonesia atas perannya menjadi jembatan komunikasi antara ulama dengan pemerintah, antara ulama dengan umara, atas kontribusinya dalam mencerdaskan dan memberdayakan ekonomi umat," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, MUI telah menjadi tenda besar umat Islam dan sebagai pelayan umat. Jokowi lalu menyampaikan dukungan kepada MUI dalam mewujudkan Islam yang damai di Tanah Air.

"Pemerintah mendukung penuh ikhtiar MUI dalam mewujudkan Islam rahmatan lil alamin dalam kehidupan bangsa yang majemuk. Corak keislaman di Indonesia identik dengan pendekatan dakwah kultural yang persuasif dan damai, tidak menebar kebencian, jauh dari karakter ekstrem dan merasa benar sendiri," ujar Jokowi.

"Hal ini menunjukkan bahwa semangat dakwah keislaman kita adalah merangkul, bukan memukul, karena hakikat berdakwah adalah mengajak umat ke jalan kebaikan sesuai akhlak mulia Rasulullah SAW," lanjutnya.

Jokowi mengatakan MUI berperan membangun hubungan harmonis, tak hanya di internal umat Islam, tetapi juga antar umat beragama di Indonesia. Menurutnya, Indonesia punya modal besar karena pemerintahnya didukung oleh para ulama.

"Alhamdulillah ikhtiar MUI didukung oleh semua elemen bangsa yang menyadari untuk hidup berdampingan dan bekerja sama demi kebaikan dan kemajuan bangsa. Pemerintah tidak dibiarkan sendirian, namun ditemani bahkan dibantu oleh berbagai ormas Islam, para ulama, para habaib, dan para cendekiawan muslim. Inilah modal berharga kita sebagai sebuah bangsa yang belum tentu dimiliki oleh negara-negara lain," ujarnya.

Bentuk pidato tersebut adalah sebuah  penegasan apalagi sebelum musyawarah Nasional  tema  Munas yang disetujui Jokowi adalah :

"Wasathiyatul Islam, Pancasila, dan UUD NRI 1945, secara Murni, dan Konsekuen'.

KH Miftachul Akhyar akhirnya terpilih menjadi Ketua umum MUI disyukuri bahwa MUI sekarang dipimpin seorang Kyai yang rendah hati tapi pertanyaan ya sekarang mampukah Kyai Miftah membawa MUI menuju Wasathiyatul Islam, Pancasila, dan UUD NRI 1945, secara Murni, dan Konsekuen'. 

Profil  K.H. Miftachul  Akhyar 
Kyai Miftah atau K.H. Miftachul Akhyar 
 tentu saja bukan nama baru di kalangan NU. Terutama Nahdliyin dan kalangan pesantren Jawa Timur. 

Ia lahir dari tradisi dan melakukan pengabdian di NU sejak usia muda. Tak heran kemudian hari ini mengemban puncak kepemimpinan NU, sebagai Penjabat Rais Aam.   Kiai Miftah adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya. Ia adalah putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH Abdul Ghoni. 

Lahir tahun 1953, anak kesembilan dari 13 bersaudara.  Di NU ia pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020, di Gedung PBNU, Menurut catatan PW LTNNU Jatim Ahmad Karomi, genealogi keilmuan KH Miftachul Akhyar tidak diragukan lagi.  
Siapapun K.H. Miftachul Akhyar adalah seorang NU sejati , sebuah organisasi Islam besar di Indonesia yang mempunyai platform tradisional, toleran dan terbukti selalu menjaga Pancasila dan UUD 1945 apalagi Kyai Miftah adalah tokoh kharismatik yang sangat loyal mendukung ketua PB NU K.H. Said Agil Siraj dan Presiden Joko Widodo.

Sekarang Kita mencoba memahami apa itu Wasathiyatul Islam.

Wasathiyatul Islam  atau Islam wasatiyyah, yang sering diterjemahkan sebagai Islam moderat atau Islam jalan tengah (middle path).
Salah satu alasan mengapa MUI harus berprinsip dan kembali kepada wasathiyatul Islam  ialah karena munculnya keprihatinan melihat gejala islamofobia akibat terjadinya gerakan radikalisme-ekstremisme serta terorisme yang mengatasnamakan Islam, yang telah berakibat munculnya konflik dan peperangan sesama umat Islam seperti terlihat di Timur Tengah.

Lebih dari itu, berbagai peristiwa radikalisme-terorisme tersebut juga telah menimbulkan sikap antipati masyarakat Barat pada Islam. Meski di Indonesia terdapat kelompok-kelompok ekstrem, bahkan jaringan teroris, Indonesia dikenal paling berhasil dalam menjinakkan gerakan teroris jika dibandingkan dengan negara-negara Timur Tengah.

Sesungguhnya Islam wasatiyyah memiliki dasar normatif-teologis yang tercantum dalam Alquran (Albaqarah: 143) dan juga pernah dibuktikan dalam sejarah baik semasa hidup Rasulullah Muhammad maupun semasa abad tengah. Islam begitu toleran, akomodatif, dan apresiatif terhadap budaya luar, di samping Islam telah membuktikan dirinya sebagai penggerak peradaban.Dalam konteks Indonesia, Islam wasatiyyah itu juga terlihat bagaimana kehadiran Islam ke Nusantara melalui jalan damai. Sekadar contoh, sampai sekarang warisan Hindu-Buddha seperti candi Borobudur dan Prambanan tetap dipelihara dengan apik, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sekitarnya yang beragama Islam. 

Masyarakat Islam pun ikut menjaga kelestarian tradisi Hindu Bali dan beberapa aliran kepercayaan lokal yang ada di Nusantara.Islamisme, nasionalisme, dan modernismeYang paling fenomenal dan historis ialah pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Sebuah pertemuan dan kompromi antara Islamisme, nasionalisme, dan modernisme. 

Meski umat Islam sebagai warga negara mayoritas dan sederet nama pejuang kemerdekaan ialah tokoh-tokoh Islam, Indonesia menganut paham demokrasi (republik), bukan negara Islam (Islamic State). Negara tetap peduli terhadap pembinaan kehidupan beragama yang dipayungi Pancasila dan dilindungi UU.Ini jalan tengah sebuah ijtihad dan eksperimentasi sejarah yang tidak memperhadapkan antara keislaman dan kebangsaan, antara islamisme dan nasionalisme. 

Pancasila merupakan landasan bersama (kalimatun sawa') untuk mengakomodasi dan melindungi keragaman etnik, agama, dan kepercayaan penduduk Nusantara yang sangat plural ini, yaitu semua warga negara memiliki kedudukan sama di depan hukum.Secara normatif-ideologis nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tercantum dalam Pancasila, yang memiliki akar kultural-filosofis ke masa lalu dan hidup dalam masyarakat.

 Namun, sekaligus juga visioner menatap dan menjangkau masa depan.Lebih dari itu, Pancasila juga memiliki rujukan atau sumber transendental, sebagaimana tertera dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebertuhanan merupakan fondasi dan kesadaran awal yang mesti ditanamkan pada warga negara melalui berbagai jalur pendidikan sejak dini, baik di rumah tangga maupun sekolah. Yaitu kebertuhanan yang menumbuhkan rasa cinta pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keadaban. Bukan kebertuhanan yang bersikap eskapis, lari dari kepedulian terhadap agenda kemanusiaan. 

Bukan kebertuhanan yang antikemanusiaan dan peradaban.Dua nilai universal ketuhanan dan kemanusiaan  tersebut hendak ditumbuhkan dalam masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan yang diikat dalam semangat keindonesiaan karena sejak awal berdirinya sangat disadari akan kemajemukan masyarakatnya sehingga tanpa persatuan yang kuat pasti akan buyar apa yang disebut Indonesia ini.

Karena sadar dan setia akan semangat persatuan yang dijiwai nilai kemanusiaan dan keadilan, demokrasi Indonesia senantiasa menjunjung tinggi mekanisme musyawarah yang dipimpin hikmah kebijaksanaan. Bukan demokrasi yang hanya mengandalkan kemenangan jumlah suara. Mekanisme dan suasana batin yang penuh hikmah dalam permusyawaratan itulah yang diharapkan akan mampu mendekatkan cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Jadi, rentang antara kebertuhanan dan terwujudnya masyarakat yang berkeadilan dalam rumusan Pancasila terdapat tahapan dan prasyarat yang mesti dipenuhi. 

Tidak mungkin keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia akan terwujud jika para pemimpin tidak menghayati dan setia pada kebertuhanan, kemanusiaan, keadilan, dan semangat menjaga persatuan serta menjunjung tinggi hikmah kebijaksanaan dalam membuat kebijakan publik dan dalam kehidupan sehari-hari. 

Pelan tapi pasti Pak Presiden mereformasi seluruh elemen yang bisa merusak sendi kemasyarakatan dan kehidupan beragama dengan merubah flatform dan nasionalisme sehingga betul betul menjadi pengayom masyarakat Serta menjadikan masyarakat Indonesia lebih nasionalis dan rasional dalam memahami Agama.

Wallahu'Alam bishowab.```

Tito Gatsu

Minggu, 22 November 2020

Keutamaan Sodaqoh

*SEMOGA KAU INGAT HATIKU*

Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3 Hijriah dari kota Basrah, Irak pernah bercerita:

Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah. 
Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, 
sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak. 
Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.

Maka aku bertekad untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. 
Akupun berjalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.

Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan kondisiku. 
Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata: 
“Berikan makanan ini kepada keluargamu.”

Di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan seorang wanita fakir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:

“Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan rasa lapar yang melilit. 
Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan.”

Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan fikiranku dalam khayalan ukhrowi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, 
dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.

Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku. 
“Ambillah, beri dia makan”, kataku pada si ibu.

Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun dinar atau dirham kumiliki. 
Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.

Spontan, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.

Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku, 
sementara beban hidup terus bergelayutan dipikiranku.

Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah. Dalam posisi seperti itu, tiba-tiba Abu Nashr dengan kegirangan mendatangiku.

“Hei, Abu Muhammad...! 
Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?”, tanyanya.

“Subhanallah....!”, jawabku kaget. “Dari mana datangnya?”

“Tadi ada pria datang dari Khurasan. 
Dia bertanya-tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya. 
Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta,” ujarnya.

"Terus?”, tanyaku keheranan.

Dia itu dahulu saudagar kaya di Bashroh ini. Kawan ayahmu. 
Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun. 
Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu.

Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan. 
Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melejit sukses. 
Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan. 
Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu 
atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.

Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis. 
Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya.”

Dengan perubahan drastis nasib hidupnya ini, Ahmad bin Miskin melanjutkan ceritanya:

Kalimat puji dan syukur kepada Allah berdesakan meluncur dari lisanku. 
Sebagai bentuk syukur. Segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi. 
Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.

Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, 
santunan dan berbagai bentuk amal shalih. 
Adapun hartaku, terus bertambah melimpah ruah tanpa berkurang.

Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal shalihku. 
Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan. 
Ada semacam harapan pasti dalam diri, 
bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.

Suatu malam, aku tidur dan bermimpi. 
Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat. 
Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain.

Aku juga lihat, bada n mereka membesar. 
Dosa-dosa pada hari itu berwujud dan berupa, 
dan setiap orang memanggul dosa-dosa itu masing-masing di punggungnya.

Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besar 
seukuran kota Basrah, isinya hanyalah dosa-dosa dan hal-hal yang menghinakan.

Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.

Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu sisi timbangan, 
sedangkan amal baikku di sisi timbangan yang lain. 
Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku..!

Tapi ternyata, perhitungan belum selesai. 
Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.

Namun alangkah ruginya aku. 
Ternyata dibalik semua amal itu terdapat NAFSU TERSEMBUNYI. 
Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih. 
Semua itu membuat amalku tak berharga. 
Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu-nafsu itu.

Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa. 
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.

Tiba-tiba, aku mendengar suara, “Masihkah orang ini punya amal baik?”

“Masih...”, jawab suara lain. “Masih tersisa ini.”

Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa? Aku berusaha melihatnya.

Ternyata, itu HANYALAH dua lembar roti isi manisan yang pernah ku sedekahkan 
kepada wanita fakir dan anaknya.

Habis sudah harapanku... 
Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi-jadinya.

Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku,sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah (100 dinar = +/- 425 gram emas = Rp 250 juta), dan itu tidak berguna sedikit pun. 
Aku merasa benar-benar tertipu habis-habisan.

Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku. 
Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai-sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan kejelekanku.

Tak sampai disitu, ternyata masih ada lagi amal baikku. 
Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah. 
Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku. 
Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.

Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus memberat. 
Hingga akhirnya aku mendengar suatu suara berkata, “Orang ini selamat dari siksa neraka..!”

==============

[ Ar-Rafi’i dalam Wahyul Qalam, 2/153-160 ]

➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Siapatau dengan berbagi kisah ini, ada seseorang yg tergerak hatinya untuk bersedekah atau beramal shalih dalam bentuk apapun dengan niat yang ikhlash - atau berusaha ikhlash, dan itu menjadi amal shalih jariyah bagi kita yg turut memforward-nya, yang diterima & diridhoi Allah...

Wallahu a'lam

Rabu, 11 November 2020

AMALIYAH NU

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

9 AMALIYAH CIRI KHAS NU

NU memang terkenal dengan berbagai amalan yang sering dilakukan secara berjamaah.Tradisi pewarisannya bisa dibilang cukup panjang.Dari generasi
ke gemerassi mungkin.Kadangkala banyak juga yang mempertanyakan keabsahan amaliyah ini.Berikut saya ringkas sembilan amaliyah yang umum dikalangan Nahdlotul Ulama:

"1.TAHLILAN"

Tahlilan
adalah salah satu cirikhas kaum NU.Bahkan untuk mengetahui seseorang NU apa tidak cukup dilihat dari apakah seseorang itu ikut kegiatan tahlilan apa tidak.

Tahlilan sendiri adalah sebuah kegitan yang dilakukan bersama oleh kalangan NU yang berisi pembacaan dzikir,tasbih,ayat quran tahlil,tahmid dan lain sebagainya.Biasanya acara ini diselenggarakan dalam berbagai
momentum kalangan NU.Yang paling jamak aadalah ketika mendoakan seseorang
yang sudah meninggal.Biasanya dilakukan pada malam hari pertama sampai ke empat puluh berlanjut terus hari ke 100,1000 dan haul tiap tahunnya.

"2.ZIARAH KUBUR"

Warga NU akrab seklai dengan budaya ziarah kubur.Mendatangi makam para auliya,ulama atau leluhur sembaru membaca berbagai doa disana.Jangan dimaknai kaum NU berdoa kepada kuburan.Tapi melalui para orang orang yang terlebih dahulu mereka merasa lebih dekat dengan yang maha kuasa dan mengingatkan mereka bahwa kehidupan pada hakikatnya adalah fana dan tidak kekal.

Khusus ziarah makam para wali sudah menjadi tradisi dan bahkan sangat ramai seklai pengunjungnya.Ini dilaksanakan biasnya rombongan.Jika ke makam para leluhur hampir tiap hari raya idhul fitri dan hari hari tertentu manjadi budaya yang mapan dikalangan NU.

"3.MAULID NABI"

Untuk menunjukan kecintaannya padaNabi,paling tidak pada bulan kelahiran Nabi yaitu bulan Robiul Awwal banyak sekali kegiatan bernuansa keagamaan dalam berbagai bentuk.Ada Dibaab.Barzanji,pengajian dlsb dalam
rangka Maulid Nabi.
a
Kegiatan ini banyak dihujat karen dianggap tidak memiliki dassar yang kukuh yang pernah nabi laksankan pada masa hidup Nabi.

"4.ISTIGHOSAH"

Istighosah memiliki arti memohon pertolongan kepada Alloh SWT.Oleh warga
NU biasnya dilaksanakan bersama-sama dalam satu majlis.Dalam skala besar PBNU pernah menyeleksanakan istighosah dalam skala besar atau istighosah kubro baik tingkat Nasional maupun tingkat daerah.

"5.QUNUT"

Cobalah anda sholat subuh disuatu tempat.Bila jamaah dalam tempat tersebut melakukan qunut dapat dipastikan itu adalah warga NU.Tapi sebenarnya Qunut dibagi menjadi 3:

1.Qunut Shubuh:Imam Syafii menyatakan bahwa qunut subuh dibaca bberdasarkan hadis dari Anas bin Malik.

2.Qunut Nazilah:qunut ini dibaca warga NU ketika sedang menghadai kesudahan baik wabah penyakit,tantangan,bencana dlsb.

3.Quntu Witir : qunut ini dilaksanakan pada rakaat terakhir bulan Romadlon pada malam ke 16-30 bulan Romadhon.

"6.TALQIN"

Adalah amaliyah kaum Nu disaat ada saudaranya yang meningla dunia.Talqin
berasal dari Bahasa Arab yang artinya memahamkan atau mengingatkan.Talqin biasnya dibacakan dalam bahasa arab tapi sering  juga dibacakan dalam Bahasa Jawa.

Adapun tatacaranya orang yang menalqin berposisis duduk dihadapan kepala mayyit.Sedangkan para hadirin hendaknya berdiri,Dana salah seorang yang biasanya pemua keagamaan mulai membacakan talqin bagi si mayyit.

"7.ADZAN 2 KALI DALAM SHALAT JUM’AT"

Setiapmenjelang sholat Jumat dimasjid-masjid NU,ada seorang laki-laki yang berdiri sambil memegang tongkat.Setelah membacakan hadis Nabi yang berisi anjuran kepada para Jama’ah dan kemudian dilakukan adzan yang kedua kalinya.

Praktek semcam ini meniru pada zama Shahabat Utsman dan praktik semacam
ini sama dengan yang dipraktikan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

"8.TINGKEPAN"

Acara ini berbentuk pembacaan doa dan pemberian sedekah dalam rangka tujuh bulan kehamilan seorang wanita yang pertama kali hamil.Dan biasanya disela-sela acara dibacakan surat Yusuf dan surat
 Maryam,dengan harapan agar anaknya akan lahir seganteng Nabi Yusuf dan secantik Siti Maryam

"9.MERUJUK KITAB KUNING"

Selai pada Alquran dan Alhadist,warga NU selalu berpegangan pada ulama lama baik melalui kyai maupun merujuk pada kitab kunang yang dianggap standar oleh para Ulama NU.

Kitab kuning ini biasanya ditulis dalam bahasa arab dan biasanya berbentuk tulisan arab tanpa harakat(gundul) Ini tidak lain karena tradisi intelektual NU yang selalu berpegangan pada sanad san karena berhati-hati agar supaya pemahaman agamanya tidak melenceng dari apa yang telah digariskan oleh para Salafuna Assholih yang berpegana pada tradisi Nabi Muhammad SAW.

===================

G. Haul
A. Pengertian

Secara bahasa haul adalah setaun secara istilah adalah peringatan satu tahun meninggalnya seseorang. Dalam acara haul biasanya terdapat beberapa kegiatan diantaranya: ziarah, dzikir, tahlil, halaqah, manaqib, tausyrah, bakti social, dan lain sebagainya

B. Dalil-dalil haul

Ada banyak dalil syar’I tentang haul diantaranya dalam kitab Al-kawakib ad-Durriyah, juzI, hlm 32 diterangkan:

قَالَ اْلوَاقِدِ وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ قَتْلَ أُحُدٍ فِىْ كُلِّ حَوْلٍ وَاِذَا لَقَاهُمْ بِالشَعْبِ رَفَعَ صَوْتَهُ يَقُوْلُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ وَكَانَ اَبُوْ بَكْرٍ يَفْعَلُ مِثْلَ ذَالِكَ وَكَذَالِكَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ. وَفِى نَهْجِ اْلبَلَاغَةِ – اِلَى اَنْ قَالَ- وَفِى مَنَاقِبِ سَيِّدِ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لِلسَّيِّدِ جَعْفَرِ اْلبَرْزَنْجِْي قَالِ: وَكَانَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالَّسلَامُ يَأْتِي قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ بِأُحُدٍ عَلَى رَأْسِ كُلِّ حَوْلٍ-الخ.

Al-waqidi berkata: Rosul mengunjungi makam para pahlawan Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib ( tempat makam mereka ), Rosul agar keras berucap : Assalamu ‘alaikkum bima sahabartum faniqma ‘uqba ad-dar (semoga kalian selalu beroleh kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh, akhirat tempat yang paling nikmat . Abu Bakar, Umar, Utsman juga melakukan hal yang serupa. Sampai kata-kata…Dalam Manaqib sayyid as-Syuhada Hamzah bin abi Tholib yang ditulis Sayyid Ja’far al-Barzanjy, dia berkata : Rosululoh mengunjungi makam Syuhada Uhud setiap awal tahun..

Dalil kedua , al-fatawa al-Kubra, juz II hlm, 18 : Ahkam al-fukaha, juz III, hlm. 41-42 :

ذِكْرَ يَوْمِ اْلوَفَاةِ لِبَعْضِ اْلاَوْلِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ مِمَّا لَا يَنْهَاهُ الشَّرِيْعَةُ الْغُرَّاءُ، حَيْثُ اَنَّهَا تَشْتَمُِ غَالِبًا عَلَى ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ مِنْهَا زِيَارَةُ اْلقُبُوْرِ، وَتَصَدُّقُ بِاْلمَأْكُوْلِ وَاْلمَشَارِبِ وَكِلَاهُمَا غَيْرُ مَنْهِيٍّ عَنْهُ، وَمِنْهَا قِرَاَةُ اْلقُرْآنِ وَاْلوَعْدِ الدِّيْنِي وَقَدْ يُذْكَرُ فِيْهِ مَنَاقِبُ اْلمُتَوَفَّى وَذَالِكَ مَسْتَحْسَنٌ لِلْحَثِّ غَلَى سُلُوْكِ الطَّرِيْقَتِهِ اْلمَحْمُوْدَةِ كَمَا فِى الْجُزْءِ الثَّانِى مِنَ الْفَتَوِى اْلكُبْرَى لِاِبْنِ حَجَرٍ وَنَصَّ عِبَاَرتُهُ: عِبَارَةُ شَرْحَيِ اْلعُبَابِ: وَيَحْرُمُ النَّدْبُ مَعَ اْلبُكَاءِ كَمَا حَكَاهُ فِى اْلاَذْكَارِ وَجَزَمَ بِهِ فِى اْلمَجْمُوْعِ وَصَوَّبَهُ اْلاَسْنَوِي-اِلَى اَنْ قَالَ-اِلَّا ذِكْرُ مَنَاكِبِ عَالِمٍ وَرَعٍ اَوْ صَالِحٍ لِلْحَثِّ عَلَى سُلُوْكِ طَرِيْقَتِهِ وَحُسْنُ الظَّنِّ بِهِ بَلْ هِيَ حِيْنَئِذٍ بِالطَّاعَةِ أَشْبَهُ لِمَا يَنْشَأُ عَنْهَا مِنَ اْلبِرِّ وَالْخَيْرِ وَمِنْ ثَمَّ مَازَالَ كَثِيْرً مِنَ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ مِنَ اْلعُلَمَاءِ يَفْعَلُوْنَهَا عَلَى مَمَرِّ اْلاِعْصَارِ مِنْ غَيْرِ اِنْكَارٍ.

Memperingati hari wafat para wali dan para ulama termasuk amal yang tidak dilarang agama. Ini tiada lain karena peringatan itu biasanya mengandung sedikitnya 3 hal : ziarah kubur, sedekah makanan dan minuman dan keduanya tidak dilarang agama. Sedang unsur ketiga adalah karena ada acara baca al’qur’an dan nasehat keagamaan. Kadang dituturkan juga manaqib ( biografi ) orang yang telah meninggal. Cara ini baik baik untuk mendorong orang lain untuk mengikuti jalan terpuji yang telah dilakukan si mayit, sebagaimana telah disebutkan dalam qitab fatawa al-Kubara,juz II, Ibnu Hajar, yang teksnya adalah ungkapan terperinci dari al-Ubab adalah haram meratapi mayit sambil menangis seperti diceritakan dalam kitab al-Azkar dan dipedomani dalam al-Majmu’, al-Asnawi membenarkan cerita ini. Sampai pernyatan …kecuali menuturkan biografi orfang alim yang Wira’i dan sleh guna mendorong orang mengikuti jalannya dan berbaik sangka dengannya. Juga agar orang bisa lagsung berbuat taat, melakukan kebaikan seperti jalan yang telah dilalui almarhum. Inilah sebabnya sebian sahabat dan ulama selalu melakukan hal ini sekian kurun waktu tanpa ada yang mengingkarinya.

Dari dalil-diatas dapat disimpulkan bahwa peringatan haul itu dapat dibenarkan secara syara’

H. Ziarah Kubur
A. Pengertian

Secara bahasa ziarah artinya berkunjung. Secara istilah adalah mengunjungi makam orang yang sudah meninggal untuk mendo’akannya, bertabaruk, I’tibar ataupun mengingat untuk mengingat. Hari akhirat.

Amalan-amalan yang telah dilakukan saat ziarah berbeda-beda yang umum dilakukan yaitu membaca Al-Qur’an, tahlil, solawat dan berdo’a kepada Alloh semata.

B. Dalil-dalil ziarah kubur

Diantara dalil-dalil Sya’i tentang disunahkannya ziarah adalah sebagaimana hadist-hadist berikut.

عَنْ بَرِيْدَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِىْ زِيَارَةِ قَبْرِ اُمَّةِ فَزُوْرُوْهَا فَاِنَّهَا تُذَكِّرُ اْلآخِرَةِ.(رواه الترمذي.٩٧٠)

“Dari Buraidah, ia berkata Rosululloh SAW bersabda “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad teah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat.

Disebut dalam kitab Kasyf As-Syubuhat, hlm 39 :

عَنْ هِشَامِ بْنِ سَاِلمِ قَالَ: عَاشَتْ فَاطِمَةَ بَعْدَ اَبِيْهَا خَمْسَةَ وَسَبْعِيْنَ يَوْمًا لمَ ْتُرَى-كََاشِرَةٌ وَلَا صَاحِكَةٌ تَأْتِى قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ فِىْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّتَيْنِ اْلاِثْنَيْنِ وَاْلخَمِيْسِ فَتَقُوْلُوْهَا هُنَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ.

Hadist dari Hisyam bin Salim:setelah 75 hari ayahnya ( Nabi Muhammad ) meninggal, Fathimah tidak lagi murung,ia selalu ziarah

Minggu, 08 November 2020

TATA CARA RUQYAH

TATA CARA RUQYAH VERSI ASWAJA

Apabila ingin membuat air ruqyah untuk mengusir jin/setan yang ada pada jasad seseorang yang membuat timbulnya penyakit lahir ataupun batin dengan cara menyiapkan air 1 atau ½ gelas, lalu sebagian permukaan gelas ditutup dengan telapak tangan sambil didekatkan gelasnya ke mulut, lantas dibacakan ayat-ayat al-Qur’an sebagai berikut :

a. membaca Sholawat Thibbil Quluub
b. membaca surat al-Fatihah 1x, ketika ayat “iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in” diulang sebanyak 7x.
c. Ayat Kursi, ketika lafadz “walaa yauuduhu hifzhuhumaa wa huwal ‘Aliyyul ‘Azhiim” diulang sebanyak 7x.
d. Al-Ikhlas 1x.
e.Al-Falaq 3x, ketika sampai ayat “wa ming syarrin naffaatsaatifil ‘uqod” diulang 7x.
f. An-Naas 3x, ketika sampai ayat “alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas” diulang 3x.

Setelah itu, udara dalam gelas tersebut dihirup lewat hidung dan dikeluarkan lewat mulut, lantas airnya diminum. Kemudian pegang perutnya, tarik sampai ke mulut seraya mengucap “Bismillaahi Alloohu Akbar.” 

Catatan :
1. Air ruqyahnya lebih baik jika dicampur dulu dengan serbuk bidara.
2. untuk menetralisir tempat angker, air ruqyah tadi bisa disemburkan/disiramkan di tempat yang disinyalir sebagai tempat angker.
3. Bila terjadi reaksi seperti pusing, mata berkunang-kunang, mual, gemetar, dan lain-lain, maka perlu ada RTL (Ruqyah Tindak Lanjut).
4, Bila kasus lumpuh atau penyakit menahun, sisa air ruqyahnya bisa dibasuhkan ke tempat yang sakit.
5. Untuk kasus sihir, ayatnya  boleh ditambah ayat-ayat pembatal sihir berikut ini :

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتلُو الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَٓا اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ وَمَايُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَٓا اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ وَمَا هُمْ بِضَٓارِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِٳِذْنِ اللهِ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَايَضُرُّهُمْ وَلَايَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَالَهٗ فِى الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ۝ (البقرة : ١٠٢)
Bacalah berulang-ulang lafadz yang digaris bawahi yakni “Wamaa hum bidhoorriina bihi min ahadin illaa bi idznillah.”

وَاَوْحَيْنَٓا اِلَى مُوْسٰٓى اَنْ اَلْقِ عَصَاكَ فَٳِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُوْنَ۝ فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ۝ فَغُلِبُوْا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوْا صٰغِرِيْنَ۝ وَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَ۝ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ۝ رَبِّ مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ ۝.  (الأعراف : ١٢٢-١١٧)
Bacalah berulang-ulang lafadz yang digaris bawahi yakni “Wa ulqiyas saharotu saajidiin.”
فَلَمَّا جَٓاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُّوْسٰٓى اَلْقُوْٓا مَٓا اَنْتُمْ مُلْقُوْنَ۝ فَلَمَّٓا اَلْقَوْا قَالَ مُّوْسٰى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ اِنَّ اللهَ سَيُبْطِلُهٗ اِنَّ اللهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِيْنَ۝ وَيُحِقُّ اللهُ الْحَقَّ بِكَلِمٰتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُوْنَ۝ (يونس : ٨٠-٨٢)
Bacalah berulang-ulang lafadz yang digaris bawahi yakni “Innalloha sayubthiluh.”

وَاَلْقِ مَا فِيْ يَمِيْنِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوْا اِنَّمَا صَنَعُوْا كَيْدُ سٰحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السّٰحِرُ حَيْثُ أَتٰى۝ وَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوْا اٰمَنَّا بِرَبِّ هٰرُوْنَ وَ مُوْسٰى۝ (طه : ٦٩-٧٠)
Bacalah berulang-ulang lafadz yang digaris bawahi yakni “Walaa yuflihus saahiru haitsu ataa..”

Catatan :
1. Sebelum melakukan prosesi ruqyah, terlebih dahulu peruqyah mempersiapkan hal-hal berikut :
 a.  berpakaian yang suci, begitu pula tempat dan media ruqyahnya pun harus suci.
 b.  meyakini bahwa al-Qur’an sebagai mukjizat sekaligus sebagai obat (syifa’)
 c.  menyarankan pasien perempuan (marqiyyah) agar menutup aurat dan memakai rangkapan celana panjang guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan saat reaksi marqiyyah terlalu frontal.
 d. menyiapkan plastik /tissu dan semcamnya (dikhawatirkan ada muntah atau kotoran semacamnya).
 e.  melepaskan benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib (jimat dan sejenisnya), kaea dikhawatirkan terjadinya benturan energi sehingga membahayakan diri.
 f.   berwudhu terlebih dahulu
 g.  niat meruqyah yang danjurkan dan dibenarkan syariat yaitu :

اَلْفَاتِحَةُ بِالنِيَّةِ قِرَاءَةِ الرُّقْيَةِ لِأَجْلِ الْٳِسْتِعَانَةِ بِاللهِ لِشِفَاءِ جَمِيْعِ الْأَمْرَاضِ بِوَاسِطَةِ الْأٰيَاتِ الْقُرْآنِ كَمَا نَوَى اَهْلُنَا وَ اٰبَائُنَا الصَّالِحُوْنَ كَمَا نَوَى الشَّيْخُ حَمْدِيْ اِلَى الْمُنْتَهَى كَمَا نَوَى سَادَاتُ الصُّوْفِيَّةِ كَمَا نَوَى مَشَايِخُ النَّهْضَةِ الْعُلَمَاءِ اَنَّ اللهَ يُدْخِلُ نِيَّتَنَا فِيْ نِيَّتِهِمْ وَ اَعْمَالَنَا فِيْ اَعْمَالِهِمْ وَ قِرَائَتَنَا فِيْ قِرَائَاتِهِمْ وَاَنَّ اللهَ يَرْزُقُنَا الْفُتُوْحَ وَالْمُنُوْحَ وَ الرُّسُوْخَ وَصَلَاحِ الْجَسَدِ وَالرُّوْحِ وَالـتَّوْبَةَ النَّصُوْحَ وَاَنَّ اللهَ يَرْزُقُنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ وَيَحْفَظُنَا مِنَ الزَّيْغِ وَالزَّلَلِ، وَاَنَّ اللهَ يَغْفِرُلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ يُذْهِبُ عَنَّا غَيْظَ قُلُوْبِنَا وَيُجِيْرَنَا مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاَنَّ اللهَ يَرْزُقُنَا الصِحَّةِ وَالْعَافِيَةَ وَالرَّحْمَةَ وَالْبَرَكَةَ وَعَلَى هٰذِهِ النِّيَّةِ وَلِكُلِّ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ ..اَلْفَاتِحَةْ.  
 
 lalu menghadiahkan fatihah kepada :
 * Rasulullah saw
* Syaikh Abdul Qodir al-Jailani, Syaikh Bahauddin an-Naqsyabandi dan seluruh ulama sufi radhiyallohu ‘anhum.
* Yang mengijazahkan (‘Allamah ‘Alauddin Shiddiqy) dan seterusnya sebagaimana rangkaian sanad keguruan JRA.
Setelah itu membaca Sholawat Thibbil Qulub dan  ruqyah standar  yang disebutkan di atas, plus membaca  ayat perbentengan diri yaitu :
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ.
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ 
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَ عِقَابِهِ وَ مِنْ شَرِّ عِبَادِهِ وَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَ اَنْ يَحْضُرُوْنَ.
اَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا اَجِدُ وَ اُحَاذِرُ (×٧).

h. memasrahkan  hasil ruqyah kepada ALLAH Ta’ala, sebab kesembuhan hanya berasal dariNya

 Sedangkan pasien yang hendak diruqyah (marqi/marqiyah) diinstruksikan untuk :
a, Membaca syahadat
b. Niatkan berobat dengan al-Qur’an
c. Siap  mengeluarkan semua penyakit/keluhan yang ada pada tubuh.
d. Pejamkan mata ( supaya lebih khusyu’ dan hadirnya hati, seraya tangan kanan sambil memegang perut.
Semoga bermanfaat.
(Cep Herry Syarifuddin, Nopember 2020)

Selasa, 03 November 2020

Kisah Keutamaan Shalawat Nabi

اللَّـﮬـُمَّ صـَلِِّ ؏َـلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا  مُحَمَّدٍ ﷺ

KISAH SYAIKH FARAZDAQ ULAMA AHLI SYA'IR DAN QOSIDAH
Ulama yang di potong lidahnya 

dahulu kala ada seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu Syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah SAW., beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya
Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah SAW. dan membaca qasidah di makam beliau dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya.

Setelah selesai membaca qasidah, orang itu menemui Sang Penyair dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya. Beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah al-Munawwarah sampailah keduanya di rumah yang dituju.

Sesampainya di dalam rumah, orang tersebut memegangi Sang Penyair dan berkata: “Sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan ku bawa engkau ke sini untuk ku gunting lidahmu!”

Maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata: “Ambillah potongan lidahmu ini dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad!”

Maka Sang Penyair pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk Sayyidina Muhammad SAW. Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah Saw. seraya berdoa:
“Ya Allah jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji Nabi-Mu. Namun jika Engkau dan Nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula.”

Beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi jumpa dengan Rasulullah SAW. yang berkata:

“Aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu.”

Lalu Rasulullah SAW mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula. Ketika Sang Penyair ( Syaikh Farazdaq ) terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliau pun bertambah dahsyat memuji Rasulullah SAW.

Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah SAW. dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah SAW.
Dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya.
Beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu.
Sesampainya di rumah anak muda itu, beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu pernah beliau datangi lalu lidah beliau dipotong.
Anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata: “Engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera.”

Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah Swt.:

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ ( الأعراف)

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina”. (QS. al-A’raf ayat 166)

Kemudian anak muda itu berkata: “Jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja.”

Maka Syaikh Farazdaq berdoa: “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”. Dan seketika itu pun Allah SWT mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.

Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah SWT. mencintai orang-orang yang suka memuji Nabi Muhammad SAW. Karena pujian kepada Nabi Muhammad SAW. disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada Nabi Muhammad SAW. berarti pula banyak mencintai beliau. 

Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji Nabi Muhammad SAW., maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah SWT.

( Dikisahkan Oleh Almaghfurlah Al Habib Mundzir bin Fuad Al Musawwa )

#Wallahu’alam

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين.