YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Jumat, 31 Maret 2017

Keberkahan waktu

Saat ini mungkin kita biasa berpikir bahwa waktu kita ini terlalu cepat berlalu. Waktu sehari-hari terasa kurang cukup untuk mengerjakan kegiatan kita sehari-hari. Hal ini salah satunya karena keberkahan waktu mulai dicabut di dunia ini. Seiring semakin dekatnya hari kiamat, keberkahan-keberkahan di dunia ini akan dicabut satu demi satu, sampai akhirnya hilanglah keberkahan di dunia ini. Jika kita lihat dan kita baca dari cerita dan kisah dari para salaf kita, semisal kisah sayyidina Utsman bin Affan radliallahu 'anhu, yang beliau dalam satu raka'at witirnya mampu mengkhatamkan Al-Qur'an dan dalam satu kali thawaf beliau juga mampu mengkhatamkan Al-Qur'an, lalu Imam Ali Zainal Abidin, yang mampu shalat malam sebanyak 1000 raka'at, kemudian Imam Syafi'i, di mana beliau dalam sehari mampu mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 2 kali, Al-Habib Abdurrahman As-Seggaf yang mampu mengkhatamkan Al-Qur'an 4 kali dalam sehari, 2 di siang hari dan 2 di malam hari.

Mendengar kisah-kisah seperti di atas, mungkin kita akan ragu dan bertanya, apa mungkin bisa seperti itu, dan apa cukup waktunya. Tapi kita tidak perlu heran, karena sesungguhnya itulah yang dimaksud dengan keberkahan waktu, di mana dalam waktu yang singkat, kita bisa melakukan banyak amal ibadah dan kegiatan-kegiatan yang normalnya membutuhkan waktu yang lama. Bukankah Rasulullah ﷺ juga melakukan isra' dan mi'raj dalam waktu yang singkat, dalam sekejab beliau mampu bepergian dari Masjidil Haram sampai ke Masjidil Aqsha, kemudian naik menembus 7 lapis langit?

Berikut salah satu kisah keberkahan waktu yang ada dalam kitab shahih Bukhari No. 3164 :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خُفِّفَ عَلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام الْقُرْآنُ فَكَانَ يَأْمُرُ بِدَوَابِّهِ فَتُسْرَجُ فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَبْلَ أَنْ تُسْرَجَ دَوَابُّهُ وَلَا يَأْكُلُ إِلَّا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ رَوَاهُ مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ صَفْوَانَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami 'Abdur Razzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi ﷺ, Beliau bersabda : "Telah dimudahkan bagi Nabi Daud 'alaihi salam membaca al-Qur'an (Kitab Zabur). Dia pernah memerintahkan agar pelana hewan-hewan tunggangannya disiapkan, maka dia selesai membaca Kitab sebelum pelana hewan tunggangannya selesai disiapkan, dan dia tidak memakan sesuatu kecuali dari hasil usaha tangannya sendiri."
Musa bin 'Uqbah meriwayatkan dari Shafwan dari 'Atha' bin Yasar dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi ﷺ.

Jika kita bertanya pada orang yang biasa memasang pelana kuda, bisa kita tanyakan, berapa lama waktu untuk memasang pelana kuda tersebut, mungkin hanya butuh beberapa menit. Akan tetapi dalam waktu yang singkat tersebut, Nabi Daud 'alaihi salam mampu mengkhatamkan kitab Zabur, yang menurut salah satu riwayat, kitab tersebut lebih tebal dari Al-Qur'an.

Kemudian salah satu kisah dari ulama akhir zaman, Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, yang ditulis dalam manaqibnya, beliau bercerita :

"Dulu saat aku berada di sekitaran wilayah Masjidil Haram bersama saudaraku, aku melihat seseorang yang kulihat ada tanda-tanda kesholehan pada dirinya. Kemudian aku menghampirinya untuk meminta do'a darinya. Setelah aku menyampaikan salam, belum sempat aku memperkenalkan diri, dia sudah menyebutkan nama dan nasabku hingga sampai kepada Rasulullah ﷺ. Aku semakin yakin dengan ketinggian derajat dan kesholehannya, kemudian aku meminta do'a darinya. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdo'a dengan bertawassul kepada para Nabi dan Rasul dan dengan kepada para wali-wali Allah, setelahnya beliau menutup do'anya dengan bacaan Fatihah. Kemudian kami bersama-sama membaca surat Al-Fatihah, lalu aku mendengar beliau meneruskan bacaannya dengan membaca surat Al-Baqarah, terus sampai beliau mengkhatamkan Al-Qur'an. Aku mendengarnya membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir dengan tartil dan jelas, sedangkan pada saat yang bersamaan aku belum selesai membaca sekali bacaan surat Al-Fatihah."

Begitulah sedikit dari contoh keberkahan waktu yang diceritakan oleh para ulama dan para wali Allah. Sekarang mungkin kita akan bertanya, bagaimana caranya agar kita bisa meniru dan menjadi seperti mereka, agar waktu kita ini juga penuh dengan keberkahan. Salah satu caranya adalah dengan terus berdo'a kepada Allah, agar memberkahi waktu dan umur kita, kemudian dengan berusaha untuk terus istiqomah dalam menjalankan amal ibadah dan terus bersemangat dalam memperbagus amalan-amalan kita. Insya Allah waktu kita akan diberkahi oleh Allah.

Berikut kisah terakhir yang menunjukkan bahwa semangat yang besar dan keistiqomahan akan membawa kita pada keberkahan waktu dari Allah :

"Ada seorang ulama yang beliau mempunyai bacaan wirid, yang beliau baca setelah shalat shubuh, dan baru selesai pada saat matahari sudah tenggelam. Beliau terus membaca wiridnya dengan istiqomah hingga akhirnya beliau mampu menyelesaikannya pada saat waktu ashar. Kemudian beliau terus membacanya sampai belum masuk waktu dzuhur, beliau sudah menyelesaikan wiridnya tersebut. Setelah itu beliau terus istiqomah membacanya, hingga pada akhir hayatnya, beliau diberikan Allah kemampuan untuk menyelesaikan wiridnya tersebut sebelum terbitnya matahari."

Semoga kita semua selalu diberikan keistiqomahan dalam berjalan di jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan mereka yang diberikan petunjuk dan kenikmatan oleh Allah. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar