YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Senin, 30 Oktober 2017

Adah ta'dhim kepada guru

* Sayyidina Abdullah Bin Abbas dan Syaikhona Kholil Bangkalan ( Tentang Adab dan ta'dhim terhadap seorang guru )

Di siang itu, Sayyidina Ubay Bin Ka'ab hendak keluar ke masjid, ketika ia tiba-tiba melihat seorang pemuda tertidur diatas tanah berbantalkan selendang yg ia gulung, ia tak bisa mengenali siapa pemuda itu, wajahnya sudah tertutupi oleh debu, Ia amati wajah pemuda itu dengan seksama, dan betapa kagetnya ia setelah mengetahui bahwa anak muda itu adalah sepupu Rasulullah Saw !! Rupanya sudah dari pagi ia ada disitu.

" Abdullah Bin Abbas ! Apa yg kau lakukan disini ? "

" aku ingin mengaji hadits padamu guru.."

" mengapa kau tak mengetuk pintu rumahku ?"

" Aku takut mengganggumu di waktu istirahatmu guru.."

Dan itulah Abdullah Bin Abbas, Tarjumanul Qur'an,  Seorang Sahabat yg dijuluki " Samudera Ilmu", Di zamannya, hampir semua Ulama dari kalangan Ta'biin pernah menjadi muridnya, Hasan Al Bashri, Ikrimah, Mujahid, Sa'id Bin Musayyib, Sa'id Bin Jubair dan nama-nama tenar lainnya pernah berguru padanya. Nama Abdullah Bin Abbas masih harum hingga kini. Dan Kunci kemuliaan yg ia capai Bukanlah otak super yg ia miliki, Tapi adalah Adab terhadap guru yg begitu tinggi.

ذللت طالبا فعززت مطلوبا

" Dulu aku merendah dan hidup sengsara dalam menuntut Ilmu " komentarnya " skrng aku  mulia dan dicari oleh para penuntut Ilmu"

Beberapa Abad kemudian Kisah Hidup Seorang Abdullah Bin Abbas seakan terulang pada seorang anak muda bernama Kholil Bin Abdullathif yg kelak akan menjadi Maha Guru dari para Ulama Nusantara, ia pernah menjadi santri di berbagai pesantren, PP.Langitan, PP. Cangaan Bangil, PP. Darussalam Kebon Candi Pasuruan, PP. Sidogiri,  dan PP. Salafiyah Syafi'iyah Setail Banyuwangi sebelum kemudian menuntut ilmu di Makkah Al Mukarromah.

Dan sama seperti Ibnu Abbas, satu hal yg begitu ia utamakan selama menuntut Ilmu adalah adab dan ta'dhim terhadap para gurunya.

Ketika nyantri di Pasuruan, Setiap memasuki Kawasan pesantren Sidogiri (setelah berjalan kaki sepanjang 7Km dari KebonCandi tiap harinya) ia selalu mencopot sandalnya untuk menghormati para gurunya.

Ketika Mondok di Banyuwangi ia berkhidmah penuh kpd sang guru KH. Abdhul Bashar, ia mengisi bak mandi, mencuci pakaian,piring dan memasak. Ia juga bekerja sebagai pemetik buah kelapa dgn upah 3 sen setiap 80 pohon, dan semua upah jerih payahnya itu ia persembahkan untuk gurunya.

Di Makkah, ia berguru kpd seorang Syaikh yg buta, Syaikh Muhammad Arrahbini, setiap malam ia sengaja tidur di pintu Musholla gurunya itu, dgn harapan sang guru akan menginjakknya ketika memasuki pintu mushollah, lantas ia terbangun dan menuntun gurunya menuju pengimaman.

Di Makkah ia juga sering menulis kitab Alfiah lantas menjualnya dgn harga 200 Ryal per-kitab, Hasilnya ? Lagi-lagi ia persembahkan untuk sang guru, sedangkan untuk makanannya sendiri ia lebih memilih untuk memungut dan memakan kulit-kulit semangka.

ketika sudah menjadi Kiai besar, ia pernah menaiki sebuah dokar, ditengah perjalanan ia bertanya pada si kusir :

"kudanya bagus pak.. Dari mana ? "

" Dari Bima Kiai.. "

Mendengar Nama itu ia teriingat akan seorang gurunya di Makkah yg berasal dari Bima, ia menyuruh kusir berhenti lantas memberi upahnya, ia turun dan tak ingin menaiki kuda yg berasal dari Kota sang guru ! Sebuah bentuk Rasa hormat dan Ta'dhim yg begitu tinggi !

Adab dan ta'dhim terhadap para gurunya itulah yg membuatnya berhasil menjadikan Bangkalan sebagai salah satu Kiblat Ilmu di zamannya sampai-sampai ia dijuluki  "Syaikhu Syuyukh atau Maha Guru Ulama Nusantara", bisa dikatakan hampir semua Ulama di tanah air mempunyai mata rantai ilmu yg bersambung kepadanya. Murid-muridnya antara lain :

1. KH.Hasyim Asyari Jombang. 2. KH. Abdul Karim Lirboyo. 3. KH. Abdul Wahhab Hasbullah, Tambak beras. 4. KH.Bisyri Syansuri, Denanyar. 5. KH.Maksum Lasem. 6. KH. Bisri Musthafa Rembang. 7. KH. Hasan Genggong. 8. KH. Zaini Mun'im Paiton. 7. KH. Abdullah Mubarak Suryalaya( abah Guru Anom). 9. KH.As'ad Syamsul Arifin, Sukorejo. KH.Yasin Kepang. 10. KH. Munawwir Krapyak. 11.KH. Abdul Hamid Bata-Bata. Dan masih banyak ratusan  ulama Nusantara lainnya.

Dari dua tokoh di atas kita bisa mengetahui bahwa Adab, Ta'dhim, dan hormat kpd guru adalah Kunci "Futuh" bagi para pencari Ilmu, Dan dari dulu hingga sekarang hanya ada satu tempat dimana kita bisa mempelajari dan mewujudkan semua itu, PESANTREN. Di pesantren, jangankan Akhlak dan Adab terhadap guru dan sesama, Adab terhadap kitab-pun tak pernah mereka meninggalkannya. Di Zaman yg Miskin Adab, Akhlak, dan Moral ini, PESATREN seakan memberi kabar gembira untuk kita bahwa para Pewaris Akhlak Indah Rasullah Saw masih dan akan terus ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar