YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Minggu, 25 April 2021

Ceramah Sesepuh nganjuk

Kemaren waktu melihat temanten saudara. Alhamdulillah, yang jadi muballigh adalah Beliau Mbah Yai Ahmad Muzajjad Faqihuddin (Salah satu ulama sepuh Nganjuk). Karena waktu sudah siang. Beliau memberikan pidato singkat nan padat, yang hamba ketik pake hape dengan kecepatan tangan dan pendengaran semampunya, yang menyebabkan banyak uraian Qur’an Hadist tidak dapat tercatat. Ada salah dengar atau kepleset jempol, mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga bisa bermanfaat untuk diri, atau mungkin para pembaca budiman. Bismillah:

Dalam mukaddimahnya, Beliau menyitir beberapa dawuh, diantaranya:

استنزلوا الرزق بالنكاح
“Turunkan rizki dengan menikah” (Dalam sebagian riwayat memakai kata iltamisuu: raihlah)

استنزلوا الرزق بالصدقة
“Turunkan rizki dengan sedekah”

Dikarenakan kebanyakan keluarga kami hanya menikah dengan satu istri. Dan Beliau faham betul itu. Setelah muqaddimah selesai, langsung berkata:

“Mantene di dongakne manten pisan ae (Temantennya, di doakan nikah sekali saja)”.

“Kendaraan nyar, nek nyopir sing alon-alon ae, yo” (Temanten baru ibarat kendaraan baru. Kalau mengendalikan harus pelan-pelan, ya)”.

Lalu berkata singkat beberapa pesan pada temanten berdua, dan para hadirin pada umumnya:

1. Sing lanang kudu iso sholeh. Sing wedok kudu iso solihah. Mugo-mugo putro-putrine iso sholeh.
Sholeh iku opo? Yoiku:
Manut opo perintah Allah. Ngedohi larangan Allah. Dadine taqwa.
Mergo buah manut wite. Nek wite apik, buahe apik. Anak koyo buah.
(Yang lelaki harus berusaha menjadi orang shalih. Yang wanita juga harus berusaha menjadi orang shalih. Semoga putra-putrinya bisa shalih. Shalih itu apa? Yaitu:
Ikut apa yang diperintahkan Allah. Menjauhi larangannya. Jadinya taqwa.
Karena buah ikut pohonnya. Kalau pohon baik, maka buahnya baik. Lha, anak seperti buah)

2. Wong lanang tanggungjawab sembarange wong wadon. Ojo sampek kangelan. Ojo sampek teledor, kesio-sio. Wong lanang nek ngopeni wong wadon rezekine tambah. 
(Menjadi suami harus tanggung jawab semua yang berkaitan dengan istrinya. Jangan sampai si istri kesulitan. Jangan sampai teledor. Tersia-sia. Suami kalau menjaga benar-benar istri, maka rezekinya akan tambah)

3. Sing wadon kudu nrimo lan manut kakunge. Ora enek critane: Wong cinta abot nglakoni penyuwun sing dicintai. Kok, abot, berarti cintane kurang. 
Nek gegeran sing apik sing ngalah. Tapi, kudu musyawarah.
(Jadi istri harus menerima dan manut pada suaminya. Tidak ada ceritanya: Orang cinta itu berat melakukan permintaan yang dicintainya. Kok merasa berat, berarti cintanya berkurang.
Kalau bertengkar, yang baik mengalah. Tapi, harus bermusyawarah)

4. Ojo pisan-pisan sing putri ngrasani sing putra. Di dungakke Allahummahdi Zauji. Subhanallah Wabihamdih. Shallallahu Ala Sayyidina Muhammad.
(Jangan sekali-kali si istri menggunjing suami didepan orang lain, --begitu pula si suami--. Di doakan saja: ya Allah berilah petunjuk pasanganku. Subhanallah Wabihamdih. Shallallahu Ala Sayyidina Muhammad.)

Ben urip penak. Rumahtangga mawaddah wa rahmah. Mas kawine limo:
(Biar hidup enak. Rumahtangga mawaddah wa rahmah. Mas kawinnya ada lima:
1. Yen sholat berjamaah.
(Kalau Shalat berjamaah)
2. Sing seneng moco Qur'an. Arep opo ae wacakno Qur'an.  Minim Bismillah. Insya Allah barakah. Nek bar khataman qur'an nyebulo banyu, ombekno nang anak. Insya Allah ora nakal. Nek iso ping telu khataman.
(Yang senang membaca Qur’an. Mau apa saja, bacakan Qur’an. Minim Bismillah. Insya Allah berakah. Kalau setelah khatam tiupkan ke air, minumkan ke anak. Insya Allah tidak nakal. Kalau bisa, tiga kali khataman)
3. Ngakehne moco sholawat. Mbah Yai Mahrus dawuh: "Nek pingin murah sandang pangan, opo ae. Nek malam jumat mocoho sholawat 10.000".
(Perbanyak baca shalawat. Almarhum Mbah Yai Mahrus Lirboyo dawuh: “Kalau ingin murah/mudah sandang pangan, apa saja. Setiap malam jumat,bacalah sholawat 10.000 kali”)
4. Ngakehno moco istighfar. Atine padang. Dodone jembar.
(perbanyak baca istrighfat. Biar hati terang. Dada lapang)
5. Sing seneng sodaqah. Bisa nolak balak, 70 balak'.
استنزلوا الرزق بالصدقة
Sedekah sing paling apik, nggone anake, bojone, wongtuane, kerabate, gurune, bocah-bocah mondok, koyoto pondok Pule, Pondok Krempyang lan liyane, kui marahi sugeh. Nek pingin anake ngalim, sedekaho nggone wong-wong sing ngaji, santri, nggone pondok.
(Yang senang sedekah. Bisa menolak bala’, 70 bala’
استنزلوا الرزق بالصدقة
Sedekah yang paling baik, untuk putra-putrinya, pasangannya, orangtuanya, kerabatnya, gurunya, anak-anak mondok, seperti Pondok al-Fattah Pule, Pondok Miftahul Mubtadiin Krempyang dan lainnya, itu bisa menjadikan/jadi washilah kaya. Kalau ingin anak alim, sedekahlah buat orang-orang yang mengaji, seperti santri, seperti sedekah ke pondok pesantren)

Ojo pisan-pisan suudzan karo wong liyo. Suudzan maring gusti Allah. “Lhaiyo donga kok ra mandhi-mandhi. Ojo ngono. Bagianmu nyuwun ndungo, bagiane Gusti Allah ngowehi. Ojo mlokotho gusti Allah. Ngonowi su'ul adab. Wengko di coba 4 perkoro:
(jangan sekali-kali suudzan dengan orang lain. suudzan pada Gusti Allah. “Lhaiya, berdoa kok tidak terkabul-terkabul”. Jangan begitu. Bagianmu hanya meminta doa. Bagian Gusti Allah memberi. Jangan memaksa Gusti Allah, itu su-ul adab/tatakrama bejat. Nanti kalau kalian melakukan itu, akan di coba empat perkara)
1. Pangkat (Hilang pangkat)
2. Sandang pangan (Hancur ekonomi)
3. Loro (Terkena sakit)
4. Mati

Ojo sok ngrasani wong, ngko dihukum 3 perkoro:
(Jangan menggunjing orang. Nanti dihukum tiga perkara)
1. Ndungo gak mandhi. (Doa tidak manjur)
2. Ngamal apik entek resik. (Amal baik, ludes)
3. Ngamal apik mbalik elek. (Berbuat baik, kembali/Balasannya jelek)

Itulah beberapa inti yang mampu hamba ketik. Namun sebelum menguraikan poin-poin diatas. Beliau bercanda: “Masak yang memberi mauidzah adalah orang yang belum menikah dan punya putra? (Beliau Mbah Jad. Diusia senjanya memang belum menikah) Sedang yang di mauidzahi sudah menikah dan punya anak (Hadirin tertawa). Tapi, walau begitu, jangan menyindir, mencemooh, nanti akan susah sendiri sampeyan”.

Wallahu A’lam bis-Shawaab.
SHOHIBBUL TARJIM GUS HISBULLOH AL FATTAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar