YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Minggu, 04 Juli 2021

PPKM Darurat

#ShareBagikan
#BacaSampaiTuntas
#BiarTidakGagalPaham

*PPKM DARURAT !*

Oleh | *FAWAID ABDULLAH*
@ABAHLORA CHANNEL
*Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aula Kombangan Bangkalan Madura &
*Pendiri/Ketua Umum
Gerakan Nasional Generasi Indonesia Bersarung-GIB Pimpinan Pusat Koordinasi Nasional

#SalamSehat
#SalamDaf_ullBala'

Bismillahirrahmanirrahim

_*"Laa Dharoro wa Laa Dhiroro; Jangan Bahayakan Diri Sendiri & Jangan Bahayakan Diri Orang Lain".*_
.
.
Pandemi COVID-19 ini sudah berjalan lebih satu tahun. Semua daya upaya telah kita lakukan bersama mulai dari yang sederhana, setengah sederhana, sampai massif. Oleh Pemerintah dan Masyarakat non Pemerintah. Kalangan Ulama juga tidak henti-hentinya menyerukan supaya kita ikhtiar lahir batin dan terus berdoa mohon kepada Allah untuk dijauhkan dari serangan Virus mematikan ini.

Sejak awal Pandemi ini, saya pun tak henti-hentinya juga ikut menyerukan : "Menghadapi Pandemi ini, Kita Jangan Terlalu Berani, Juga Jangan Terlalu Takut".

Makna dari Bahasa Saya itu lalu ada yang mengatakan kalau saya dianggap tidak percaya Covid ini. Naif sekali yang bilang begitu itu. Mbokya Lihat Rekam jejak Digital saya di Medsos, baik FB, Instagram dan YouTube ABAHLORA CHANNEL.

Dalam 8 bulan ini, atau dalam masa Pandemi ini, sudah 5 orang Keluarga inti Pesantren Kombangan yang ikut kena dampak Pandemi Covid. Ketiganya Wafat ! Walau tidak tercatat resmi terpapar Covid, tapi wafatnya di musim Pandemi. 

Akhir Nopember, saya dan keluarga Besar Pesantren ditinggal Wafat oleh Abahyai Hamdi Abdullah Rofiq Marbawi, Pendiri 3 Pesantren (Kombangan dan Banyuning Dajah). Lalu menyusul Bibi saya, Hj. Fatimah binti Mbah Yai Fadly, lalu menyusul Paman Saya, Al Ustadz M Sulaiman MR adik kandung Abahyai, atau Mantu dari Bibi yang Wafat lebih duluan.

Abahyai memang sudah punya penyakit2 bawaan terutama Diabetnya sudah 30 tahunan. Begitu juga Bibi saya itu sudah lama Sakit-sakitan. Paman saya juga punya penyakit Diabet dan pernah stroke, tapi wafatnya tidak ada gejala sakit.

Ahad minggu lalu, Ibunda Saya. Ummi Nyai Hajjah Maymunah Binti Mbah Yai Fadly, adik kandung Bibi Hj Fatimah binti Mbah Yai Fadly juga menyusul Wafat. Walau sudah puluhan tahun sudah sakit diabet, tapi hasil Swab di RS Haji Surabaya, beliau juga ikut terpapar Covid ini. 

Setelah beliau Wafat lebih duluan, tapi Adik kandung saya, Ananda Lora Irham Maulidy bin Abahyai Hamdi Abdullah Rofiq Marbawi, yang awal nya sehat2 saja, juga sudah Vaksin 2 kali. Hasil Swab di Surabaya, masuk Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, karena pelayanan agak lambat akibat overload pasien. Lalu pindah ke RS. Husada Utama Surabaya, 3 hari kemudian, ikut menyusul Wafat nya Ummi saya. Adik saya masuk rumah sakit duluan, lalu Ummi Nyai menyusul masuk RS Haji Surabaya. Wafatnya lebih dulu Ummi Nyai, dan 3 hari berikutnya Adik Saya menyusul. Wafat.

Wafatnya dua orang inti Pesantren ini, Saya membuat Kebijakan Tegas!, Melarang ada Takziyah, Tahlil dan Yaasiin melibatkan banyak Orang. Hanya Santri yang mukim di Pondok, dan beberapa Alumni yang saya tunjuk yang boleh datang masuk Pintu Gerbang Pondok. Karena kedua orang yang saya sangat sayangi itu hasil Swab kena papar Covid. Demi Kebaikan Kemaslahatan Kesehatan bersama, saya Larang ada kerumunan didalam area Pondok. 

Di Gerbang Pondok, tertulis : "Pondok Pesantren Al-Aula Kombangan, Kawasan Protokol Kesehatan". Inilah bentuk Ijtihad dan Sikap saya terhadap Pandemi ini. Bandingkan dengan ketika wafatnya Abahyai, Ribuan Pelayat, dan Keluarga Besar Pesantren dan simpatisan yang hadir. 

Semua teman saya yang dari jauh ingin Takziyah, tapi saya larang, nunggu situasi lebih membaik. Begitu juga teman dari adik saya itu juga saya larang Takziyah. Adik saya itu sejak Mahasiswa aktivis Kampus, juga aktif di Lumbung Informasi Rakyat (LiRA) besutan HM Jusuf Rizal sang Presiden LIRA. Terakhir adik saya dipercaya menjadi Gubernur LIRA Jawa Timur. Tentu banyak teman dan jaringan nya. Semua saya Larang Takziyah. Termasuk Masyarakat sekitar Pesantren, semua saya Larang !. Sekali lagi, ini bentuk dan sikap saya atas Pandemi ini. Patuh Protokol Kesehatan !

Dari musibah wafatnya orang2 tercinta tersebut. Khususnya 2 yang terakhir, lalu saya kirim Ucapan Belasungkawa dan Ikhbar di Medsos, di akun FB Pesantren Kombangan, di Group2 WA dan bahkan saya Broadcast lewat Japri, kesemua kontak WA di HP saya, ada lebih 2500 kontak WA yang saya Broadcast.

Semua menjawab sangat ikut berbelasungkawa atas musibah saya ini. Hampir semua Group WA yang saya kirimi itu sangat ikut kehilangan dan duka cita. Kecuali 2 Orang yang nyinyir, sebut saja si Ndut Ndut (tidak layak saya sebut nama disini). Intinya, saya dibilang gak percaya Covid. Lalu satunya bilang : "baru nyadar !".

Naif sekali orang itu. Gak lihat rekam jejak saya. Kasihan sekali hatinya dipenuhi rasa "kurang elok", tidak berimbang dengan baju "kebesarannya".

Saya memang pernah membuat Tulisan agak "keras". Tulisan saya itu juga banyak di baca semua kalangan, bahkan sempat jadi Pro Kontra. Judulnya memang agak "seram" yaitu : MADURA SEHAT; Jangan Ajari Orang Madura "Membangkang".

Kalau itu yang dijadikan alasan saya tidak percaya Covid. Naif dan Tragis sekali menilainya.

Akibat protes "keras" saya itu, sehari kemudian. Saya kedatangan Tamu istimewa. Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin Imron (adik kandung dari Allahyarham RKH Fuad Amin Imron/Bupati Legendaris Bangkalan, sejak 2004 sampai Wafatnya beliau, saya dekat sekali). 

Tamu yang ikut serta dengan Bupati saat itu, Kapolres Bangkalan, Dandim Bangkalan, lalu menyusul Wakil dari Kodam. Juga ikut serta KH Nasih Aschal (Ra Nasih), dan Rombongan sekitar 10 Mobil lebih.

Inti kedatangan tamu2 istimewa itu, saya katakan istimewa karena tidak saya undang. Beliau2 dengan sukarela datang ke Pesantren Kombangan.

Intinya, mengapresiasi tulisan yang saya posting sehari sebelumnya. Efek dari tulisan saya itu, beberapa Puskesmas di Bangkalan termasuk di sebelah Pesantren Kombangan, yang hanya berjarak 1 km sebelumnya di tutup, akhirnya di buka dan bahkan dapat support penuh dari Pemerintah terkait, termasuk bantuan Nakes dari Kodam dll.
.
.
*PPKM Darurat*
Akibat lonjakan paparan Covid ini, Pemerintah menetapkan kebijakan tegas. PPKM Darurat !. 

Namanya saja Darurat. Mafhum Kholafahnya (bahasa ushul fiqnya) berarti sudah diluar hukum normal. Bahasa Darurat itu jelas tidak akan lama. Ada masa yang sudah ditentukan. Sesuai Kebijakan tersebut. Tergantung situasi dan kondisi yang ada. Di Malaysia itu, PKP (bahasa lain dari PPKM ala Indonesia) juga menerapkan kebijakan yang serupa, bahkan konon kata banyak Alumni Pesantren yang saya asuh, lebih "ketat dan seram" dibandingkan di Indonesia.

Yang pernah Nyantri, lalu Ngaji Kitab Ushul Fiqh, pasti tahu, bahasa dan kaedah Darurat itu. Kalau yang tidak pernah Ngaji Ushul Fiqh, pasti tidak akan tahu, istilah Darurat itu. 

Sedikitnya, sudah lebih 1000 (seribu) Kyai2 Pengasuh Pondok, Gus, Ning, Lora, Ustadz-ustadzah dalam setahun lebih ini yang gugur syahid, akibat musim Pandemi ini. Di awali KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, yang wafat tanggal 2-2-2020 tahun lalu, sejak itu susul menyusul bagai daun di musim gugur, para masyayikh dan Kyai2 serta Guru2 Kita kembali keharibaan Ilahi Robbi.

Sudah tidak terhitung tetangga, kawan, teman, sahabat, bahkan keluarga inti yang kembali keharibaan Allah SWT. Bahkan, ada yang lebih ikut berduka dari saya. Misalnya Keluarga Besar Pesantren Sukorejo Situbondo, 12 masyayikh hanya dalam hitungan hari wafat susul menyusul. Lalu ada Kyai dan Isteri serta Mantunya dalam hitungan hari yang sama ikut wafat. Kemarin, Pengasuh Pondok Pesantren Bata-bata Pamekasan, usianya masih sangat muda juga wafat, sama seperti adik saya itu juga masih sangat muda.

Belum lagi, masyarakat umum. Gejala nya hampir semua sama, seperti yang sering disampaikan oleh Pemerintah. Tak terhitung jumlahnya, baik yang resmi di update situs resmi pemerintah maupun yang tidak. Gejala nya hampir semuanya sama. Hanya saja ada yang terang-terangan, ada juga yang tidak.

Kita tidak bisa memungkiri, ditengah situasi yang tak menentu seperti ini, ada oknum yang bermain-main dengan anggaran yang telah ditetapkan. Namanya saja Oknum. Tentu tidak bisa mewakili keseluruhan yang telah diperbuat oleh Pemerintah secara keseluruhan.

Ibarat Padi dalam sebuah lumbung. Kalau ada tikusnya. Jangan lumbung padinya yang dibakar atau di buang. Ambi saja tikus nya, semprot pake hama tikus atau lainnya. Jangan di gebyah uyah, dipukul rata.

Sejak awal bahkan sejak pilpres, saya memang berada di tengah, artinya tidak memihak si A dan si B. Tapi saya tetap memilih. Bahkan, saya pernah merilis hasil Istikharah terkait hasil pilpres dan pilgub Jatim. Entah sebuah kebetulan atau tidak, hasilnya yang saya posting sebelum Pilpres dan Pilgub berlangsung, hasilnya topcer. Dengan memakai Istikharah Ala Hadlrotussyaikh Mbah Yai Hasyim Asy'ari yang saya dapatkan Ijazah dari salah satu Dzurriyyah Hadlrotussyaikh, hasil Istikharah tersebut banyak cocoknya dengan hasil akhirnya.

Sering saya menyampaikan, bahwa yang baik dari Pemerintah Wajib kita Dukung dan Patuh, karena Patuh pada Ulil Amri itu Wajib. Kita semua ini hidup di Bumi NKRI, tidak ada dalil apapun yang bisa dibenarkan, menolak dan anti kepada Ulil Amri kalau kita ini masih dikatakan sebagai orang Islam yang beriman.

Sama halnya dengan kebijakan ini, PPKM Darurat. Saya menilainya sudah tepat !. Ini bagian dari Dar-ul Mafasid. Mencegah keburukan yang lebih besar. Makanya, ditetapkan hukum tidak normal, atau tepatnya Darurat itu tadi !.

Masyarakat harus terus di Edukasi. Dibimbing, dibina, dan diberikan penyadaran2. Namanya saja Masyarakat umum, tentu ada yang paham dan tidak paham, ada yang setengah paham. Termasuk para Kyai2 dan Asatidz. Masih banyak yang frame berpikir nya setengah paham dengan cara pandang yang konvensional dan kolot. Sehingga banyak yang membingungkan ummat nya.

Dalam kondisi seperti ini, situasi darurat. Semua pihak memang harus bersatu padu. Mulai Pemerintah, kalangan Ulama, Pesantren, Masyarakat Umum, semuanya harus berpikir jernih. Tidak egois dan semau gue. Hanya dirinya sendiri yang dipikirkan. Tidak bisa begitu !

Seperti yang saya tulis di bagian awal; Laa Dharoro wa Laa Dhiroro, Jangan Bahayakan Dirimu sendiri dan Jangan Bahayakan Diri Orang Lain !

Disiplin Protokol Kesehatan itu tidak melanggar hukum Agama Islam. Kita diajarkan sejak kecil, kalau ada anak kecil yang bermain yang membahayakan keselamatan jiwanya, tentu si bapak dan ibunya jelas melarang bahwa pasti melarang nya. Pasti orang tua nya bilang : "Jangan Nak, ini bahaya, ini begini dan begitu!". Pasti orang tua nya bilang begitu.

Kapan Pandemi ini berakhir ?. Menurut saya, tergantung kita sendiri sebagai manusia, sejauh mana Ikhtiar Lahir Batin dan Ihtiyath (Hati2) nya. Menurut saya, Ummat dan Masyarakat kita jangan hanya di ajari suruh berdoa, berdoa dan berdoa saja. Tapi Ikhtiar Lahiriyah seperti disiplin dan patuh Protokol Kesehatan nya itu diabaikan.

Manusia tidak boleh terlalu PeDe hanya dengan Do'a nya saja. Tetapi Ikhtiar Lahiriyah nya diabaikan. Karena Allah Ta'ala yang Maha Rahman Maha Rohim dan Maha SegalaNYA, memberikan Aturan berupa Syari'at melalui Baginda Nabi Nya untuk berbuat secara Lahiriyah yang terbaik sesuai Hukum Syariat Islam. Protokol Kesehatan itu tidak Melanggar Hukum Syariat Islam. Jadi, Ummat dan Masyarakat harus nya mematuhinya. Tidak ada alasan menolak atau mengabaikan nya ! TITIK TIDAK PAKAI KOMA !!!

HadanaAllah wa Iyyakum ! Wallahul Muwaffiq wal Musta'an.
Wallahu A'lam bi Murodihi

Pesantren Kombangan, Ahad 04 Juli 2021 Jam 03.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar