YAUMUL IJTIMA' MWC NU BINONG, MINGGU, 29 JANUARI 2017, PUKUL 08.00 - 12.00 WIB, TEMPAT MASJID JAMI AL-MUWAHHIDIN KP. PAWELUTAN DESA CITRAJAYA

Minggu, 09 Januari 2022

WAHABIYAH, AMPAS KOLONIALISME EROPA YANG TERSISA



Oleh *Ayik Heriansyah*

Apa kontribusi paham wahabiyah bagi peradaban Islam? Pertanyaan ini muncul sebagai bentuk gugatan atas rusaknya tatanan kehidupan dan peradaban umat Islam setelah wahabiyah diekspor oleh kerajaan Arab Saudi ke seluruh dunia Islam. 

Pertanyaan itu juga sebagai bentuk protes terhadap kegagalan wahabiyah menjadi pelopor kebangkitan umat Islam melawan hegemoni barat. Alih-alih menjadi pelopor, Arab Saudi dan negara-negara teluk kompak ingin meninggalkan wahabiyah sebagai ajaran resmi. Di negara asalnya, wahabiyah dituding menjadi penyebab kejumudan berpikir yang menyebabkan kemunduran peradaban.

Jauh sebelum lahirnya wahabiyah, umat Islam sempat mengalami masa keemasan peradaban. Di era dinasti Umayyah, Abbasiyah, Andalusia dan Utsmaniyah serta kesultanan-kesultanan di Nusantara, peradaban Islam mewarnai dunia saat itu. Umat menjadi terhormat di mata dunia.

Sejarah mencatat dan membuktikan kemajuan Islam terutama saat dinasti Abbasyah dan Andalusia misalnya, semua cabang ilmu agama maju pesat, sains, seni dan filsafat pun demikian. Lahir ilmuwan-ilmuwan legendari antara lain, keempat imam madzhab, muhaddits, saintis cum filosof seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Biruni, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dsb. Ilmu mereka di kemudian hari mengilhami Eropa untuk bangkit dari masa kegelapan. 

llmu kalam, fiqih, tasawuf, falak, hisab, aljabar, geometri, arsitektur yang mereka kembangkan, menjadi dasar bagi sains dan teknologi modern. Kontribusi umat Islam bagi dunia kala itu, sangat nyata, bukan teori di atas kertas.

Sayangnya, di zaman modern, kolonialisme Eropa yang dimotori oleh Inggris pada abad 18 menjajaki kaki di kawasan pinggir Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Kaki-kaki Utsmaniyah di Arab lemah, karena Utsmaniyah menduduki Arab melalui peperangan. Hanya saja dengan menguasai dua tiga tanah suci, Mekkah, Madinah dan Yerussalem, kekuasaan Utsmaniyah mendapat legitimasi agama, tanpa legitimasi sosial dan budaya.

Kelemahan Utsmaniyah ini diketahui Inggris. Inggris melalui agen-agen orientalisnya menancapkan pengaruh kepada suku-suku marjinal yang jauh dari pusat kekuasaan pejabat-pejabat Utsmaniyah di Arab.

Inggris juga membiarkan, melindungi dan mendukung lahirnya pemahaman baru tentang agama Islam yaitu paham wahabiyah yang melawan arus utama pemahaman saat itu, yakni ahlu sunnah wal jama'ah. Akhir cerita Arab takluk di bawah kekuasaan Inggris, dinasti Utsmaniyah pun hancur tak bersisa.

Wahabiyah mengutak atik keberagamaan umat Islam dengan propaganda kembali ke al-qur'an dan sunnah. Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat (khilafiyah), polemik, perpecahan dan konflik. Dari rahim wahabiyah juga lahir paham-paham ekstrim dan radikal, yang menghalalkan terorisme sebentuk dengan kaum khawarij di masa salafus shalih.

Wahabi menutup pintu ijtihad, kecuali bagi kalangan mereka sendiri. Tentu saja menyebabkan kemadegan pemikiran umat. Umat menjadi malas berpikir, takut dianggap ahlu bid'ah dan penganut paham muktazilah. Umat menjadi tidak kreatif dan miskin inovasi. 

Semua ini bermuara akan kepada merosot dan mundurnya peradaban umat. Sebagaimana yang pernah terjadi di akhir masa dinasti Abbasiyah dan Utsmaniyah, yaitu pintu ijtihad ditutup, banyak pertikaian karena masalah khilafiyah dan gerakan neo-khawarij yang senantiasa menggoyang stabilitas politik dan pemerintahan. Logis, bila negara-negara muslim termasuk Arab Saudi, ramai-ramai meninggalkan wahabiyah.

Sedangkan isu khilafah transnasional yang dipropagandakan oleh HTI untuk membangkitkan umat, ibarat menjaring angin, tidak ada manfaatnya dan sia-sia belaka, sebab, Hizbut Tahrir sendiri didukung Inggris sebagaimana wahabiyah guna melemahkan negara-negara muslim.

Walhasil, jalan terakhirnya adalah, kembali kepada paham ahlu sunnah wal jama'ah dalam rangka meraih kembali kegemilangan umat dengan peradaban Islam yang agung dan mulia, yang sempat hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar